UTR (UJIAN TENGAH RAMADHAN)
Ramadhan sering diidentikkan dengan bulan tarbiyah, bulan pendidikan. Melihat durasinya, Ramadhan menurut menulis memang merupakan masa pendidikan 2 semester. Bukankah dalam sebuah semester, tatap muka setiap materi pembelajaran biasanya berlangsung selama 14 hingga 16 kali? Jika hari-hari berpuasa Ramadan adalah 29/30 hari, tidakkah jumlah itu ekuivalen dengan 2 buah semester pembelajaran? Sebuah masa pembekalan pendidikan ideal yang telah dirancang Allah Rabbul izzati untuk charge keimanan dan ketakwaan kaum beriman. Subhanallah.
Madrasah/sekolah Ramadhan berarti sebagai bulan tempat belajar dan masa menempa diri dengan nilai-nilai agama agar terinternalisasisi dalam kehidupan nyata. Sependapat dengan hal tersebut, Ramadhan memang merupakan sebuah “sekolah tinggi” yang dirancang Allah berulang terjadi setiap tahun. Prodinya adalah manajemen taqwa. Syarat belajar dan kuliah di dalam sekolah tinggi Ramadhan adalah muslim beriman, akil, baligh, dan tidak dalam keadaan sakit atau musafir.
Sekolah tinggi Ramadhan merupakan universitas terbuka ilahiyah dengan model perkuliahan turorial mandiri, dengan kontrak kuliah individual antara seorang manusia sebagai seorang hamba dengan Tuhannya, disebabkan status “rahasia” ibadah puasa Ramadhan sesuai dengan janji Allah yang menyebut puasa adalah ibadah yang hanya diketahui oleh-Nya dana karenannya hanya Dialah sendiri yang berhak memberikan besaran pahalanya. As-shaumu li, wa ana ajzi bih.
Mata kuliah wajib yang harus ditempuh dalam sekolah dua semester ini adalah: 1) menahan lapar dan dahaga; 2) menahan nafsu syahwat/biologis; 3) menahan diri dari hal-hal yang dapat merusak nilai puasa; dan semuanya dilakukan mulai terbit fajar hingga tenggelamnya matahari. Sedangkan mata kuliah tambahannya adalah: kejujuran, kedermawanan dan empati sosial, kesederhanaan, qiyamullail, tadarus al-Qur’an. Keberadaan mata kuliah pilihan tersebut menegaskan bahwa nilai yang dicapai mahasiswa sekolah Ramadhan akan sangat berbeda satu sama lainnya, sebanding dengan banyaknya mata kuliah tambahan yang diambil. Semakin tinggi. Karenanya, ada yang dalam isi transkripnya haya ditulis nilai mata kuliah wajib. Ada pula yang ditulis nilainya ditulis lengkap, dengan menyebut seluruh mata kuliah wajib dan mata kuliah pilihan. Hai ini disebabkan usaha mahasiswa tersebut secara nyata untuk melakoni dan menempuh tantangan keseluruhan mata kuliah tersebut.
Ketika memasuki pertengahan Ramadhan seperti ini, wajib bagi setiap shaim yang merupakan mahasiswa ST Ramadhan melakukan kalkulasi/muhasabah diri tentang efektifitas pelaksanaan “perkuliahan” Ramadhan dengan segala mata kuliah wajib maupun sunnahnya. Sejumlah pertanyaan perlu disusun dan diajukan kepada diri sendiri tentang apakah puasa Ramadhan yang dilaksanakan telah berjalandengan baik. UTS (ujian tengah ramadhan) ini dimaksudkan agar jika terdapat kekurangan-kekurangan selama pelaksanan setengah Ramadhan pertama, hal tersebut dapat diperbaiki dalam paruh kedua. Jika usaha perbaikan ini dilakukan, tentunya keberhasilan dalam berpuasa Ramadhan akan dapat diraih. Soal-soal dalam “ujian akhir semester” Ramadhan nanti juga akan mudah dijawab.
Berkenaan dengan perbaikan ibadah lewat muhasabah diri tersebut telah diingatkan Umar bin Khattab dalam sunan al-Tirmidzi. Beliau berpesan “hasibu anfusakum qabla an tuhasabu, wa tazayyanu lil ‘ardhi al-akbari” atau hitungkah kekurangan diri kalian (dalam ibadah dan amal) sebelum kalian akan dihitung dan persiapkan diri untuk dihadapkan ke hadirat Allah kelak. Dengan demikian, muhasabah terhadap pelaksanan puasa Ramadhan mutlak dilakukan. Selamat menempuh UTR, Ujian Tengah Ramadhan.Semoga sukses.
This entry was posted on 14.33 and is filed under
Renungan Ramadhan
. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.
0 komentar: