Kepompong Ramadhan
08.22 | Author: nuruliman1972
20 Juli 2012
KEPOMPONG RAMADHAN
“Telur-telur, ulat-ulat, kepompong, kupu-kupu, kasihan deh luu”, demikian bunyi nyanyian yang sering dicelotehkan anak-anak ketika bermain dan ingin mengolok teman yang sedang kalah dalam permainan mereka. Dalam nyanyian tersebut tergambar daur hidup serangga bernama kupu-kupu. Diawali dari telur, menjadi ulat, menjadi kepompong, lalu berubah menjadi kupu-kupu, sebuah entitas yang mengambarkan puncak keindahan dan keelokan makhluk tersebut.
Untuk menjadi kupu-kupu indah, seekor ulat yang pada awalnya terlihat menjijikkan harus berjuang membuat kepompong, menyendiri di dalamnya, dan berhenti dari makan dan minum. Semuanya membutuhkan waktu cukup lama, yakni 7-20 hari, tergantung jenisnya. Ulat itu lalu harus bersusah payah untuk dapat keluar dari kepompong dengan sendirinya. Perjuangan tersebut yang dapat menghantarnya menjadi kupu-kupu cantik, yang dapat bebas terbang dan menjelajah lebih luas jengkal daratan dunia dibanding saat makhluk itu masih berupa larva atau ulat.
Jika ulat saja harus berjuang dan berpuasa untuk dapat menjadi kupu-kupu indah, maka Allah berkehendak agar manusia juga berjuang dan berpuasa untuk dapat menjadi “pribadi indah”, alias muslim bertaqwa. Secara fisik, manusia beriman memang tidak bisa bermetamorfosis seperti kupu-kupu lewat perubahan bentuk tubuh, tetapi secara mental dan spiritual perubahan itu akan sangat kentara dalam cara pandang, sikap, perilaku dan aktivitas diri.
Muslim bertaqwa (la’allakum tattaqun) yang merupakan tujuan syariat puasa Ramadan, adalam gambaran puncak keindahan pribadi seorang muslim. Dalam surat Al-Baqarah ayat 177 misalnya, Allah menyebut orang-orang bertaqwa adalah pribadi-pribadi penuh kebajikan yang ditandai dengan iman kepada Allah, hari akhir, malaikat, kitab-kitab Allah, dan kepada para nabi. Seorang bertaqwa juga gemar memberikan hartanya untuk kerabat, anak-anak yatim, faqir miskin, ibn sabil, peminta-minta, dan untuk upa membebaskan perbudakan. Ia juga mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mentaati perjanjian yang dibuatnya. Dalam surat Ali Imron ayat 133-135 misalnya, Allah menegaskan kembali dengan bahasa yang berbeda bahwa pribadi bertaqwa adalah mereka yang banyak berderma saat susah maupun lapang, penuh pengendalian diri terutama terhadap amarahnya, suka memaafkan, dan suka berbuat baik. Muslim bertakwa juga tidak larut dalam kesalahan dan dosanya, tetapi sebaliknya ia segera bertobat dan memohon ampun kepada Tuhannya.
Taqwa adalah puncak keindahan pribadi muslim dan mukmin. Paduan hubungan harmonis habl minallah yang berdimensi vertikal ilahiyah dan habl min al-nas yang berdimensi horizontal sosial kemasyarakatan. Tidak berlebihan jika Rasulullah menyebut tidak beriman seseorang yang tidak mencintai sesamanya sebagaimna ia mencintai diri sendiri (HR. Bukhari: 12). Rasul seraya bersumpah sebanyak tiga kali, juga menyebut tidak beriman mereka yang tidak dapat menghindarkan tetangga dari kejahatan anggota badannya (HR. Ahmad: 8078).
Karena itu, ukuran kesuksesan puasa seorang muslim sejatinya dapat dilihat nilai tambah dirinya, dari sebelum puasa dan sesudahnya, yang nampak dalam dalam dua hal: 1). meningkatnya kualitas hubungan dan kedekatannya dengan Allah, sang Khalik. Setelah berpuasa, seorang muslim seharusnya semakin mantab imannya, semakin khusyu’ ibadahnya, serta semakin banyak dzikirnya. 2) meningkatnya kualitas hubungan dengan sesama manusia, baik dengan keluarga, sahabat atau masyarakat. Setelah berpuasa seorang muslim menjadi lebih santun, lebih sabar, perhatian, dan peduli terhadap sesama.
Ramadhan adalah “kepompong” perubahan seorang muslim dan mukmin agar dapat menjadi kaum muttaqin. Tentu hanya mereka yang mau dan berkenan berpuasa dengan sungguh-sungguh, memperbanyak kebaikan dan meninggalkan keburukannya, yang memiliki kesempatan untuk menjelma menjadi pribadi yang indah. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berkehendak agar momen ramadhan ini berlangsung setiap tahun, agar setiap kita dapat menjadi indah dan semakin indah --seindah kupu-kupu--, penuh kebaikan diri dan bermanfaat dalama kehidupan di dunia, dan akhirnya dapat terbang ke langit surga suatu saat nanti. Amiin, insya Allah.
This entry was posted on 08.22 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: