SEDERHANA DALAM MENCINTA
21.02 | Author: nuruliman1972
31 Maret 2011

SEDERHANA DALAM MENCINTA

Oleh: Nurul IMan

Jagad gosip tentang selebriti akhir bulan Maret ini diramaikan dengan kedatangan Anang Hermansyah di pernikahan mantan istrinya Krisdayanti dengan Raul Lemos, serta kehadiran Oki Agustina di pernikahan kedua mantan suaminya Sigit Pasha Ungu dengan Adelia. Berbagai komentar bermunculan seputar kehebohan tersebut. Seakan melupakan cinta lama yang telah kandas dalam berumah tangga, baik Anang maupun Oki, kelihatan tegar menyempatkan hadir di pesta pernikahan mantan pasangan masing-masing. Hal yang juga menjadi sorotan adalah, keduanya telah hadir dengan menggandeng “calon" barunya, seakan mempertontonkan bahwa seiring dengan waktu, cinta baru segera akan kembali mengisi kehidupan mereka.

Kehadiran Anang dan Oki dalam resepsi pernikahan itu semoga merupakan bentuk kelapangan dada masing-masing. Bukankah kehidupan harus tetap berjalan meski dalam berkeluarga, mungkin seseorang pernah gagal dan mengalami perceraian. Hubungan baik antara mantan suami-istri harus diusahakan berlangsung baik-baik saja, apalagi jika telah ada anak sebagai buah hati pernikahan yang gagal tersebut. Jika hubungan berkeluarga dibangun dengan cinta, maka ketika diakhiri harus pula diiringi dengan kasih sayang. Tidak perlu ada dendam atau permusuhan berkepanjangan, jika setiap mantan ingin hidup bahagia di sisa umurnya.

Kehidupan berkeluarga memang haruslah dibangun atas dasar cinta, tetapi selayaknya tetap “sederhana”. Kesederhanaan dalam mencintai pasangan, melahirkan sikap adil. Tidak membabi buta yang menghilangkan nalar, sehingga ketika pasangan berbuat salah, seseorang dapat dengan arif menyikapinya. Bukankan pasangan hidup yang terinta tetaplah manusia biasa, makhluk yang jauh dari sempurna.

Kesederhanaan merupakan ajaran Islam yang diperintahkan untuk memupuk kesyukuran seorang muslim dan menumbuhkan sifat qana’ahnya. Kesederhanaan diperintahkan agama dalam segala sesuatu, bahkan dalam urusan ibadah kita tetap diperintahkan untuk sederhana, dalam artian tidak over dan berlebih-lebihan sehingga dapat menimbulkan kebosanan. Nabi menegaskan “khudzu min al-a’mali maa tathiqun. Fainna Allah la yamallu hatta tamallu” atau “ambillah dari amal ibadah yang kau mampu. Sesungguhnya Allah tidak akan bosan sehingga kalian bosan” (HR. Al-Bukhari: 1823). Selain itu itu nabi menyebut orang-orang yang berlebih-lebihan akan binasa. Halaka al-munatatti’un (HR. Muslim: 4823). Al-Nawawi dalam Riyad al-Salihin bahkan menulis satu bab dengan judul “bab al-iqtishad fi al-tha’ah”.

Agar tidak tersesat dalam cinta, seorang muslim harus mendasarkan orientasi cinta dan juga bencinya karena Allah. Al-hubbu lilla wa al-bughd lillah. Semuanya karena Allah. Semua rasa di dada dibangun dalam rangka mencari ridho Allah. Mencintai istri dan anak misalnya, karena hal itu memang diperintahkan. Mencintai sesama manusia harus dilakukan sehingga keharmonisan hidup dapat digapai. Bukan karena ambisi duniawi yang sempit, tetapi dalam rangka melanggengkan ukhuwah diniyah yang diperintahkan agama. Dengan hal itu, secara otomatis naluri kemanusiaan seorang muslim terlampiaskan, dan di sisi lain kejelasan arah hidup juga akan tetap didapat.

Kesederhanaan dalam mencintai pasangan juga penting agar seseorang tidak terbelenggu patah hati ketika suatu saat harus kehilangan, baik lewat perceraian atau bahkan kematian. Semuanya memang berharap kelanggengan kebersamaan, tapi hal itu tentunya adalah sebuah ketidak mungkinan. Ahbib habibak haunan ma, asa an yakun baghidak yauman ma atau “cintailah tambatan hatimu seperlunya saja, karena bisa jadi ia akan menjadi orang paling kau benci pada suatu hari”, demikian kata pepatah. Sebaliknya, dalam membenci seseorang hendaklah kita juga sederhana. Karena bisa jadi orang yang kita benci suatu saat akan menjelma menjadi orang yang paling kita cintai atau orang yang berjasa dan baik kepada kita.

Sederhana dalam mencintai juga berarti tidak terlalu mengumbar kemesraan di depan publik, apalagi jika belum menikah. Karena disamping bertentangan dengan agama sehingga mendatangkan murka Allah, hal tersebut juga tidaklah sederhana, dan karenanya seringkali mengada-ngada, seperti halnya dipertontonkan oleh banyak selebriti negeri ini. Teringat dengan sebuah kaidah fiqh, “mann ista’jala syaian qabla awanih, uqiba bihirmanih” yang berarti “barangsiapa mendahulukan sesuatu (nggege mongso) yang belum waktunya, maka ia akan dihukum dengan kehilangan hal itu”, saya justru khawatir bahwa mereka yang bermesraan sebelum menikah, justru akan kehilangan kemesraan itu setelah membina rumah tangga. Wallahu a’lam.
|
This entry was posted on 21.02 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: