Memperbaharui Hidup
15.54 | Author: nuruliman1972
04 Desember 2010

MEMPERBAHARUI HIDUP DI TAHUN BARU


Segera dalam bulan Desember ini kita menjelang datangnya dua tahun baru, 1432 hijriyah dan 2011 miladiyah. Dalam menyongsong pergantian tahun, berbagai pesta dan perayaan akan digelar. Dan biasanya seremonial acara-acara tersebut dominan menyita perhatian, pikiran, dan energi setiap orang, sehingga ibarat sebuah jebakan, ia membuat mereka terperosok melupakan esensi pergantian tahun berupa bertambahnya umur dan berkurangnya kesempatan hidup maupun berkarya (beramal shaleh). Bagi kebanyakan orang tahun baru sering lebih identik pada berubahnya angka-angka tahun itu sendiri dan berhenti pada kegiatan fisik kasat mata berupa pesta, perayaan, atau bahkan hura-hura yang seringkali justru kebablasan dan berujung maksiat.

Islam tidak melarang kegembiraan dan keceriaan. Bukankah telah menjadi syariatnya untuk merayakan Idul fithri (hari raya makan) dan Idul Adha (hari raya Qurban). Dalam merayakan kedua hari raya tersebut, kaum muslimin dilarang berpuasa. Pesta perkawinan dalam bentuk walimah ursy juga diperintahkan. Yang terpenting dari setiap kegiatan hidup adalah kewajaran, tidak melampaui batas, dan tetap tidak menyebabkan adanya dosa atau maksiat. Karenanya, pemaknaan pergantian tahun baru mutlak diperlukan agar setiap muslim tidak salah arah.

Momen akhir tahun adalah saat berharga bagi setiap orang untuk mengadakan perhitungan dan evaluasi seperti yang jamak dilakukan oleh pebisnis dan pengusaha. Sepantasnya setiap orang berhitung apakah modal waktu yang diberikan Allah secara gratis telah membawa keberuntungan bagi dirinya dan mendekatnya kepada rahmat Sang Pemberi atau justru menggelincirkannya menuju kemurkaanNya. Menarik untuk direnungkan wasiat Umar bin al-Khattab: “hasibu qabla an tuhasabu, wa zinu qabla an tuzanu” yang berarti “hisablah dirimu sebelum engkau dihisab (di akherat), dan timbanglah (nilai dirimu) sebelum engkau ditimbang”.

Perhitungan terhadap penggunaan nikmat waktu semestinya menjadi prioritas utama menggenapi kegembiraan diri lewat pesta dan perayaan tahun baru, karena Allah sebagaimana disabdakan Nabi dalam riwayat Abdullah bin Mas’ud akan meminta pertanggungjawaban manusia dalam empat hal dalam kuburnya nanti. Dua pertanyaan berkenaan tentang penggunaan umur secara umum dan masa muda secara khusus. Disusul pertanyaan tentang rizki dari mana diperoleh dan untuk apa dibelanjakan. Sedangkan yang terakhir tentang amaliah ilmu yang didapat (HR. Tirmidzi).

Para ulama shaleh adalah sosok-sosok yang peduli menghargai waktu, dan karenanya selalu berhitung setiap hari tentang manfaat yang diperoleh. Mereka sungguh menyesal apabila tidak bertambah kebaikannya dengan bertambahnya suatu hari. Karenana ungkapan yang sering muncul adalah: “idza marra bii yaum walam yazdad minni ‘ilman wala hudan, fama dzaka min ‘umri ?”, yang berarti “jika satu hari berlalu tetapi tidak bertambah ilmu dan hidayah (keimananku), maka apa artinya umurku?”.

Untuk menjemput berkah tahun baru dan mengantisipasi timbulnya kerugian, maka setiap hendaknya menyusun rencana pribadi dan proyek kebajikan untuk tahun depan, disamping evaluasi diri. Wal tandzur nafs maa qaddamat lighadd. Setiap diri hendaknya mempersiapkan apa yang akan diperbuat untuk hari esok. Dalam hal ini dapat direncanakan berlangsungnya perbuatan-perbuatan baik yang selalu meningkat kualitas maupun kuantitasnya. Dapat pula dilaksanakan apa yang disebut Rasulullah dalam hadith Imam Ahmad sebagai darajat, atau amal-amal yang dapat meningkatkan nilai diri berupa perkataan baik (thib al-kalam), menyebarkan salam (keselamatan), memperbanyak memberi makan sesama, dan mendirikan shalat malam ketika manusia sedang lelap tidur.

Lewat program-program yang disusun tersebut diharapkan kita dapat meningkatan kualitas hidup dan keimanan diri menjadi orang yang kehidupannya lebih baik (khair min amsih), lebih tertata, dan lebih bermanfaat bagi orang lain. Tahun baru semoga dapat mengantarkan kita menjadi pribadi baru disebabkan kebajikan-kebajikan kita. Mudah-mudahan Allah memberikan kekuatan bagi kita mewujudkannya. Wallahu a’lam.
This entry was posted on 15.54 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: