Menjaga Aurat Diri
17.52 | Author: nuruliman1972
22 Juli 2010

MENJAGA AURAT DIRI


Kasus video asusila yang diduga kuat melibatkan para artis (Ariel-Luna-Cut Tari dan yang lainnya) turut memperparah ketergantungan para penikmat tayangan esek-esek di negeri ini. Tayangan berita dan infotainment yang terkesan penuh blow up, semakin menambah rasa penasaran setiap orang untuk menontonnya. Hebohnya, ada kesan keinginan para pelaku untuk lepas dari jerat hukum dengan alasan video tersebut dibuat untuk dokumentasi pribadi, dan karenanya yang patut disalahkan menurut mereka adalah para penyebarnya. Sebuah pembelaan yang tidak bertanggung jawab, serta mengada-ada. Bukankah perilaku mesum mereka saja merupakan kesalahan fatal yang patut disalahkan, apalagi mendokumentasikannya, lalu teledor dalam menjaga file-file ”panas”, adalah kesalahan-kesalahan bonus bagi kesalahan utama. Khata’ ala khata’, kesalahan ganda yang berlipat-lipat.

Tayangan mesum atau pornografi tidak akan berhenti dampaknya dengan selesai pemutarannya, tetapi eksesnya akan berkepanjangan . Menurut Donald L. Hilton, ahli bedah syaraf dari Rumah Sakit San Antonio Amerika Serikat, paparan materi pornografi secara terus-menerus menyebabkan kecanduan (adiksi) yang pada akhirnya mengakibatkan jaringan otak mengecil dan fungsinya terganggu. Dampak pornografi ini lebih parah dari kerusakan otak akibat kokain, meski tetap dapat dipulihkan dengan upaya yang keras.

Cafebalita.com mengungkap bahwa akses terhadap pornografi telah memacu anak-anak menjadi dewasa sebelum waktunya. Sebuah riset menunjukkan bahwa dengan adanya internet, anak-anak telah mengenal pornografi sejak usia dini, 8 tahun. Anak-anak mulai banyak melakukan aktivitas seksual sebelum waktunya. Lebih dari itu, tayangan pornografi yang biasanya adalah perilaku seks menyimpang, akan mendorong para penikmatnya untuk melakukan hal yang sama. Keberadaan lembaga rumah tangga dan perkawinan, juga banyak terganggu dikarenakan orientasi pasangan suami istri akan menjadi dangkal, dan melulu urusan seks.

Dengan menganut teori imitasi, maka setiap manusia akan berusaha menirukan apa yang dilihat atau didengar. Karenanya, mata dan telinga sebagai pintu masuk setiap informasi hendaknya dapat ”disterilkan” dari informasi buruk. Penulis meyakini bahwa Ariel dan wanita-wanita yang terlibat dalam video mesum tersebut adalah ”pelanggan” berat pornografi yang berusaha mempraktekkan apa yang ditonton, sama persis atau bahkan dengan modifikasi tambahan.

Pornografi telah menjelma ibarat sebuah ”virus” mematikan, pada satu sisi, dan ”hiburan” pada sisi lain, meski nampak tidak sebanding. Bagaimana tidak, jika generasi penerus masa depan bangsa ini mulai terjangkiti “virus pornografi”, dapat dipastikan negeri tercinta Indonesia tidak akan bermasa depan cerah, karena dipenuhi generasi yang mulai tidak mengindahkan batas-batas agama dan moral. Konsentrasi dan arah pemikiran anak yang harusnya dipenuhi semangat belajar dan menempa diri mengasah ketrampilan, akan tergantikan pikiran-pikiran tentang seks dan fantasinya. Pemikiran yang belum pada waktunya. Sebuah harga yang terlalu mahal dibayar tanpa mereka sendiri sadari.

Aktifitas seksual adalah rahasia suami istri yang seharusnya tersimpan rapi. Pengalaman, kenyamanan, fantasi hubungan suami istri, dan bahkan kekurangannya, haruslah tetap dirahasiakan dan tidak disebarkan untuk dikonsumsi publik. Merekam adegan intim suami istri atau bahkan perselingkuhan dan menyimpannya dalam bentuk file-file di komputer sama saja dengan menyimpan borok diri yang sewaktu-waktu dapat menyebar. Rahasia yang seharusnya aurat yang perlu disembunyikan dapat menjadi terbuka dan dikonsumsi banyak orang.

Pada prinsipnya semua aib, kekurangan, dan rahasia diri yang tidak layak diperbincangkan orang lain adalah aurat. Kamus Al-Munjid mengartikan ’aurat sebagai ma yustahya minhu (apa yang seseorang merasa malu dengannya), ’aib (kekurangan diri), dan khalal (ketidak sempurnaan). Berdasarkan ini, dosa dapat dikategorikan sebagai aurat. Sebagaimana aib dan aurat diri, dosa diperintahkan untuk disembunyikan. Hanya kita dan Allah saja yang Tahu agar dapat mudah bertaubat dan selanjutnya diampuni.

Semua manusia dipastikan memiliki aib, dosa, dan kekurangan. Tetapi sebaik-baiknya manusia beriman, adalah yang mereka yang tetap menyembunyikan segala aurat tersebut sambil berusaha untuk memperbaikinya. Disamping itu, berkenaan aib orang lain, Allah memerintahkan untuk tetap berusaha menutupi dan tidak membicarakannya. Mengingatkan yang bersangkutan, jika menghendaki kebaikan. Man satara musliman, satarahu Allah fi al-dunya wa al-akhirah. Barangsiapa yang menjaga aib seorang muslim, maka Allah akan menjaga aibnya di dunia dan akhirat. Tetapi, barangsiapa yang mengumbar aib sesama, Allah akan menghinakannya, meski ia berada dalam rumahnya sendiri. Demikianlah ditegaskan Nabi.

Memamerkan aib dan dosa adalah bentuk mujaharah (terang-terangan) dalam berbuat keburukan. Nabi dalam hadith al-Bukhari menyebut orang seperti ini tidak dimaafkan (ghair mu’afat). Selain itu, pamer dosa dapat berpotensi menginspirasi orang lain untuk berbuat yang sama. Dalam hal ini, --sebagaimana ditegaskan Nabi dalam hadith Muslim-- menyebabkan terjadinya sunnah sayyi’ah (tradisi buruk) yang dosa turunannya dapat terus mengenai pihak pelaku pertama. Sebaliknya, mereka yang membuat sunnah hasanah (tradisi baik) akan mendapatkan pahala turunannya.

Karenanya, aurat diri hendaknya selalu harus dijaga dan disembunyikan sekuat tenaga. Selanjutnya berkomitmen untu bertaubat berdo’a sebagaimana dicontohkan Rasulullah. Allahumma ustru ’aurati wa amin rau’ati. Ya Allah tutupilah aurat (aib) ku dan tenangkanlah kegundahannku. Wallahu a’lam.
|
This entry was posted on 17.52 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: