Sepak Bola Kehidupan
19.01 | Author: nuruliman1972
31 Mei 2010

"SEPAK BOLA" KEHIDUPAN



Perhelatan kompetisi piala dunia segera digelar awal bulan Juni hingga Juli depan, tetapi gaung dan gemanya telah membahana dalam kehidupan kita sekarang ini. Berbagai stasiun televisi, tabloid, majalah, dan koran telah mengekpos berita tentang pentas tanding sepak bola yang diadakan empat tahun sekali tersebut. Banyak kegiatan dilaksanaan untuk menyambutnya. Beraneka ragam iklan telah memanfaatkan momen tersebut dalam memasarkan produknya. Dialog dan perdebatan tentang tim-tim favorit, para pemain bintang, dan prediksi keunggulan masing-masing telah diadakan.

Piala dunia memang telah menjelma seperti virus yang menjangkiti seluruh penduduk dunia hingga mereka dilanda ”demam” piala dunia. Semua orang sibuk dengan bola, terlepas dari apa latar belakang sosial, ras, maupun umur yang dimiliki. Semuanya membincang tim-tim andalan beserta pemain bintangnya, sekaligus mengurai kelebihan masing-masing. Ada tim Brazil dengan sepak bola cantiknya, Belanda dengan total football-nya, Italia dengan sepak bola bertahannya, serta tim-tim lain dengan sepak bola kontemporer yang berkonsentrasi pada penciptaan gol.

Jika dicermati, setiap permainan olah raga termasuk sepak bola di dalamnya mengandung banyak hal yang dapat dijadikan pelajaran dan pesan moral. Tidak berlebihan jika sepakbola dianggap sebagai lessons of life atau pelajaran mengenai hidup yang sesungguhnya, dan bukan hanya sekedar permainan ketangkasan oper bola, menendangnya, memasukkannya ke gawang lawan, dan menjaga gawang dari kebobolan gol. Sepakbola adalah semua hal tentang hidup, seperti yang dinyatakan seorang pemain sepakbola legendaris yang pernah mengatakan, “Soccer is not just about life, it’s all about life.”

Marco Paulo menegaskan bahwa sepak bola bukan hanya sekedar permainan yang melibatkan duapuluh dua orang bermain dalam satu lapangan dengan diawasi oleh empat orang wasit. Sepakbola bukan sekedar hanya urusan gol mencetak gol dan menghindarkan gawang tim sendiri dari kebobolan. Sepakbola juga bukanlah sekedar mencatat kemenangan demi kemenangan untuk berada di posisi teratas liga nasional, atau bahkan mencapai puncak dunia dan mendapatkan trofi dan segala kebanggaannya.

Banyak hal yang memperkuat kenyataan bawah permainan sepak bola mengajarkan nilai-nilai kehidupan dan bagaimana seseorang harus memeganginya dalam hidup. Sepak bola membimbing seseorang bagaimana menentukan target yang ingin dicapai, apa langkah dan strategi yang harus diterapkan dalam usaha mencapai target tersebut, serta bagaimana menerima kegagalan dan menghadapi kesulitan maupun tantangan. Semua itu adalah hal-hal mendasar yang dapat kita latih dan pelajari lewat olah raga, termasuk sepakbola.

Pembentukan mental yang juga merupakan aspek penting hidup juga diajarkan olah raga. Disiplin diri, percaya diri, sprotivitas, menghargai orang lain, patuh dan tunduk pada otoritas dan peraturan, pantang menyerah, dan masih banyak lagi hal-hal lainnya yang dapat terbentuk melalui sepakbola. Kenyataan ini seakan sesuai dengan slogan “mensana in corporesano” yang berarti ”di dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang sehat”. Jadi, olah raga tidak hanya membentuk tubuh yang sehat, tetapi juga jiwa yang sehat. Cara berpikir dan mental yang sehat.

Islam sering mengindentikkan kehidupan di dunia dengan permainan (la’b) atau senda gurau, disebabkan banyak kemiripan diantara keduanya. Al-Qur’an dalam berbagai tempat (QS 6 : 32; 47: 36; 57: 20) menegaskan bahwa dunia adalah permainan yang melenakan dan manusia diminta berhati-hati (taqwa) dalam menghadapinya. AlQur’an juga menyebut kehidupan akhirat lebih utama dan lebih kekal. Dan sebagai permainan, sepak bola menurut penulis lebih banyak memiliki kemiripan dengan kehidupan.

Dalam meniti kehidupan maupun mencari kemenangan bermain sepak bola, taat pada nilai-nilai dan aturan main harus dilakukan. Untuk sukses dibutuhkan sportifitas yang tinggi, kegigihan, kerja keras, kerja sama yang baik, taat kepada pimpinan (leader), dan bahkan kemauan untuk berbagi peran. Aturan permainan sebagaimana telah disepakati dan dijalankan oleh ”wasit”, harus dijadikan pedoman. Selain itu, dibutuhkan stamina dan fisik yang kuat.

Dalam bersepak bola, selain bermain dengan baik, menciptakan gol merupakan tujuan tim bermain, sehingga menginspirasi seluruh pemain dan permainan mereka, maka dalam hidup keberadaan sebuah tujuan mutlak. Acuan tujuan membimbing langkah dan menentukan ”warna” hidup seseorang. Dengan memilih tujuan untuk memberikan manfaat sebanyak-banyak kepada sesama (anfa’uhum li al-nas) misalnya, maka potensi diri seorang muslim akan tergali dengan melakukan segala perbuatan maupun mempersembahkan inovasi berharga bagi kehidupan. Apalagi jika tujuannya adalah memaksimalkan peran diri sebagai hamba Allah (’abdullah).

Kehidupan dan permainan juga mengenal batas akhir. Ada durasi waktu yang menandakan kapan permainan dimulai dan kapan berakhir. Kenyataan ini menuntut setiap orang untuk memanfaatkan segenap waktu yang ada. Sebelum peluit panjang ditiup, semuanya bebas bermain dan berbuat, tetapi setelahnya semuanya harus berhenti bermain atau beraktifitas. Dalam hidup, peluit panjang tersebut adalah ghargharah (nafas tertahan di kerongkongan), yang berarti datangnya kematian ataupun ajal. Karenanya, setiap seseorang hendaknya mendayagunakan setiap detik kesempatan, tanpa banyak berharap atau menggantungkan akan adanya perpanjangan waktu berupa umur tambahan, karena sesungguhnya ia hanyalah ”bonus” yang akan diberikan tergantung kebaikan Allah, sang ”maha wasit” kehidupan ini. Sebaliknya, hendaknya dimaksimalkan setiap penggunaan kesempatan dan waktu untuk mengabdi kepada Allah dan mempersembahkan karya-karya terbaik bagi manusia dalam kehidupan ini.

Jika dalam permainan sepak bola seseorang dapat memilih untuk menjadi pemain, atau penonton, atau bahkan wasit, maka dalam ”sepak bola” kehidupan kesempatan itu tidak dimiliki. Mau tidak mau, sengaja atau terpaksa, ia harus turun bermain dalam kehidupan dan menentukan ”kesebelasan” mana tempat ia akan bergabung, apakah tim kebaikan ataupun kejahatan. Apakah ia menjadi anggota kelompok putih atau hitam. Selanjutnya, ia akan dilihat, diawasi, dinilai, dan kemudian diganjar sesuai dengan permainannya. Mari ”bermain” dalam kehidupan ini dengan sebaik-baiknya dalam rangka menjemput rahmat Allah dan rido-Nya. Semoga dapat menang.
|
This entry was posted on 19.01 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: