04 Mei 2010
“MEMBUNUH” MASA DEPAN
Oleh: Amalia Sulfana, S.Ag.*
Judul tersebut mungkin terasa “berat” di pendengaran para pembaca, seperti beratnya keprihatinan penulis terhadap kondisi riil saat ini. Banyak perilaku tidak terpuji dan tidak bertanggung jawab ditunjukkan para remaja di sekeliling kita. Sidak dan razia terhadap beberapa kafe dan warnet beberapa waktu lalu menunjukkan betapa ruang-ruang di dalamnya banyak dipergunakan untuk pornografi dan berbuat mesum.
Di tempat lain, banyak remaja terlibat narkoba dan pesta miras. Beberapa anak SD di Kulonprogro sebagaimana dirilis okezone.com (29 April 2010) ditemukan mabuk-mabukan. Dalam usia yang relatif masih sangat dini, para anak tersebut telah membahayakan dirinya dan kesehatannya baik fisik maupun mental. Perilaku akses pornografi, mesum, pesta miras, dan narkoba jika dicermati sejatinya hanya merugikan kehidupan jangka panjang dan masa depan mereka sendiri.
Jika boleh diibaratkan, proses tumbuh kembang manusia dari kecil hingga dewasa seperti menanam sebuah pohon. Ada tahapan yang harus dilalui, dan terus dilengkapi dengan usaha-usaha untuk merawat, menyiangi, dan memupuk, sehingga “pohon kehidupan” tersebut dapat tumbuh, membesar, dan berbuah. Masa kecil dan remaja adalah masa bersiap-siap dan berbekal agar sukses di kemudian hari, ketika dewasa. Diperlukan kesabaran, ketekunan, kerja keras, serta kehati-hatian.
Maka, setiap orang yang merusak diri dan kehidupannya sehingga tidak dapat mempersiapkan kehidupan dewasanya dengan baik dapat dikategorikan sebagai “membunuh” masa depan dan karenanya berpotensi untuk madesu (masa depan suram). Sebaliknya, dengan melakukan upaya-upaya bermanfaat di masa muda, seseorang telah “menghidupkan” masa depannya dan memiliki madecer (masa depan cerah). Sayangnya, banyak remaja berperilaku dan bertindak yang merugikan dirinya di masa depan terlepas ia menyaari atau tidak.
Masa remaja merupakan periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Para pakar psikologi menyebut masa remaja sebagai masa transisi, disebabkan banyaknya perubahan dalam dirinya fisik, maupun mental-psikologis. Perubahan emosi terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja, dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya.
Pada masa remaja banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung jawab. Perubahan secara fisik yang cepat juga disertai kematangan seksual. Perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.
Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa masa remaja adalah masa transisi dan pencarian jati diri. Di satu sisi, remaja biasanya tidak lagi mau disebut sebagai anak-anak, karena secara fisik mereka memang sudah berbeda. Tetapi, disisi lain kenyataan menunjukkan bahwa mereka belum bisa disebut dewasa. Akibatnya banyak remaja yang berusaha tampil layaknya seorang dewasa meski sikap anak-anak yang belum matang secara emosional dan rasional, masih sangat lekat dengan mereka.
Kenyataan bahwa remaja berada pada masa transisi menunjukkkan posisi rawan mereka terhadap “godaan” hal-hal yang negatif. Keinginan remaja untuk “coba-coba” turut memperparah kondisi ini. Karenanya, perhatian orang tua dan para pendidik perlu dicurahkan kepada pendidikan para remaja agar mereka tidak tersesat jalan dan melakukan hal-hal negatif.
Para remaja pada dasarnya adalah genarasi mendatang. Syubban al-yaum, rijal al-ghadd. Menjaga, mengarahkan, mendidik, dan membesarkan mereka dengan baik dan benar berarti telah menjaga masa depan umat dan negara ini.
Banyak hal yang dapat diperbuat untuk menjaga dan membatu para remaja. Yang terpenting adalah membantu mereka untuk menyelesaikan tugas-tugas perkembangan mereka --seperti dalam Psikologi— sehingga mempersiapkan mereka untuk kehidupan berikutnya. Selain itu, perlu juga diusahakan agar para remaja dapat menemukan potensi dan bakat diri.
Bagi para remaja juga perlu membuka diri dan banyak belajar dari pengalaman para generasi tua agar dapat “selamat” dan menemukan solusi atas berbagai persoalan yang dihadapi. Pengalaman adalah guru terbaik. Pengalaman orang lain seperti orang tua secara cepat memang akan menunjukkan solusi tepat dan akurat terhadap sebuah permasalahan, karena memang sudah diuji cobakan. Pengalaman orang lain juga mengajarkan untuk berhati-hati terhadap kesalahan orang lain agar tidak diulangi.
Jika masa depan seseorang banyak ditentukan oleh usaha-usahanya saat remaja, maka saatnya para remaja peduli masa depannya. Hal yang bisa dilakukan adalah melakukan aktifitas-aktitas positif saat remaja dan meninggalkan hal-hal negatif. Ukurannya adalah manfaat. Jika sebuah perbuatan bermanfaat (baik untuk diri sendiri maupun orang lain) maka hal itu dapat terus dilakukan dan sebaliknya jika merugikan harus segera ditinggalkan. Selamat bekerja dan hanya kepada Allah kita sandarkan semua persoalan dan masa depan dengan senantiasa memohon segala pentunjuk. Wallahu a’lam.
* Guru PAI SMAN 1 Babadan Ponorogo
Religi
|
This entry was posted on 16.02 and is filed under
Religi
. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.
0 komentar: