Menimbang Kembali Pengobatan Alternatif
22.29 | Author: nuruliman1972

4 Maret 2010

MENIMBANG KEMBALI PENGOBATAN ALTERNATIF

Menyikapi Sakit dan Penyakit

Hidup akan selalu mengalami pasang surut. Senang susah, sedih bahagia, kaya miskin, sehat sakit, dan lain sebagainya. Semuanya dipergilirkan. Dalam menghadapi keadaan yang selalu berubah, manusia dituntut untuk bersiap dan berusaha sekemampuan diri. Bersyukur saat mendapat nikmat, dan bersabar ketika cobaan datang. Hanya saja, sikap sabar harus tetap diikuti dengan semangat untuk menyelesaikan ujian.

Ketika sakit, berobat adalah usaha diri yang disyari’atkan sebagaimana sabda Rasulullah –Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam: “Berobatlah wahai hamba Allah! Karena tidaklah Allah menurunkan penyakit melainkan juga menurunkan obatnya.” (HR. Abu Dawud). Penegasan Rasul tersebut menegaskan bahwa setiap penyakit memiliki obatnya. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa menjadi kewajiban bagi si sakit (dan keluarganya) untuk menemukan obat yang cocok. Dalam hadith lain, Rasulullah SAW juga selalu berdoa kepada Allah SWT, agar dirinya terhindar dari penyakit berat seperti kusta, gila, dan lepra (HR Imam Ahmad), dan Rasulullah SAW juga senantiasa berdoa agar Allah SWT menjaga kesehatan badan dan penglihatannya hingga akhir hayatnya (HR Imam Ahmad).

Berobat adalah upaya dan usaha, sedang yang meyembuhkan adalah Allah (al-Syafi). Oleh karena itu hendaklah seseorang berobat sesuai dengan kemampuannya. Perlu pula diyakini bahwa Allah tidak akan memberikan beban cobaan di luar kemampuan seorang hamba. Allah berfirman: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS. Al-Baqarah: 286). Penegasan dalam ayat tersebut seakan menjadi ”hiburan” bagi setiap orang sakit bahwa ujian yang diterimanya tidak akan melampaui batas kesanggupan dirinya, sehingga insha Allah dapat ditemukan solusi dan dan penyelesainnya jika ia terus berikhtiar dan memaksimalkan usaha.

Perlu pula digaris bawahi, bahwa kesembuhan seseorang erat hubungannya dengan ”sugesti” diri. Dalam dunia medis dan pengobatan, menumbuhkan sugesti pasien untuk sembuh bukanlah pekerjaan mudah. Perlu kerja keras. Hanya saja, sugesti untuk sembuh harus tetap dibangun berdasar nalar dan pikiran yang sehat. Tidak boleh membabi buta dan ngawur. Upaya untuk mengobati penyakit harus tetap berpegang teguh pada aturan syariat agama.

Macam-macam pengobatan

Sistem kesehatan Indonesia mengakomodasi berbagai sistem pengobatan, mulai dari pengobatan dengan ilmu kedokteran modern, pengobatan tradisional, hingga pengobatan alternatif-komplementari dari dalam dan luar negeri.

Pengobatan alternatif adalah jenis pengobatan yang tidak dilakukan oleh paramedis/dokter pada umumnya, tetapi oleh seorang ahli atau praktisi yang menguasai keahliannya tersebut melalui pendidikan yang lain/non medis. Sedangkan pengobatan komplementer adalah pengobatan tradisional yang sudah diakui dan dapat dipakai sebagai pendamping terapi konvesional/medis.

Menurut Billy NS, seluruh pengobatan di luar ilmu kedokteran dan keperawatan, menurut Pasal 47 UU No 23/1992 tentang Kesehatan, digolongkan sebagai pengobatan tradisional, termasuk pengobatan alternatif-komplementari yang saat ini banyak pula dijual dengan pola multi-level marketing (MLM) (www.jawapos.co.id/halaman/index.php?act=detail&nid=40268).

Pengobatan alternatif sebagaimana diuraikan Wikipidea dapat digolongkan menjadi 5 kategori yang kadangkala satu jenis pengobatan bisa mencakup beberapa kategori. Sistemnya adalah:
1. Alternative Medical System/ Healing System – non medis
Jenis ini terdiri dari Homeopathy, Naturopathy, Ayurveda dan Traditional Chinese Medicine (selanjutnya disingkat TCM)
2. Mind Body Intervention
terdiri atas Meditasi, Autogenics, Relaksasi Progresif, Terapi Kreatif, Visualisasi Kreatif, Hypnotherapy, Neurolinguistik Programming (NLP), Brain Gym, dan Bach Flower Remedy.
3. Terapi Biologis
terdiri dari Terapi Herbal, Terapi Nutrisi, Food Combining, Terapi Jus, Makrobiotik, Terapi Urine, Colon Hydrotherapy.
4. Manipulasi Anggota Tubuh
terdiri atas Pijat/Massage, Aromatherapy, Hydrotherapy, Pilates, Chiropractic, Yoga, Terapi Craniosacral, Teknik Buteyko.
5. Terapi Energi
Terapi energi terdiri dari Akupunktur, Akupressur, Refleksiologi, Chi Kung, Tai Chi, Reiki, dan Prana healing.

Secara lebih sederhana, pengobatan alternatif dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu:

a. Terapi pikiran dan spiritual
Pengobatan jenis ini seperti: Dreamwork, Hipnoterapy, Psikoterapi, Psikoanalitik, Terapi Cahaya, Terapi Humanistik, Terapi Keluarga, Terapi Kelompok, Terapi Kognitif, Terapi Musik, Terapi Suara, Terapi Seni, Terapi Warna, Visualisasi

b. Terapi fisik
Diantara terapi fisik adalah : Aromaterapi, Hidroterapi, Osteopati, Teknik Relaksasi, dan Zero Balancing.

c. Terapi energi di antaranya:
Termasuk jenis ini adalah Akupunktur, Akupresur, Meditasi, Refleksiologi, terapi polaritas (seperti diet dan peregangan), Taichi (gerakan beladiri), dan Prana (pemanfaatan tenaga matahari, udara,dan bumi).

Pengobatan dengan menggunakan jampi-jampi, mantra (yang banya diadopsi perdukunan), hingga bacaan do’a dalam ruqyah dapat digolongkan pada jenis terapi pikiran spiritual. Dengan menggunakan spirit do’a dan jampi, pasien seakan disugesti agar dapat sembuh dari penyakitnya.

Banyaknya ragam pengobatan alternatif dengan mekanismenya yang sering tidak “lazim” atau populer, maka setiap orang yang ingin mengaksesnya seharusnya berhati-hati. Diantara kiat-kiat yang perlu dipertimbangkan dalam memilih pengobatan alternatif adalah:
1. Dapatkan informasi mengenai pengobatan alternatif melalui internet, majalah, surat kabar, radio, TV, brosur-brosur, dan testimoni yang diberikan orang-orang yang sudah menjalani pengobatan alternatif.
2. Jika sudah mendapatkan informasi, tanyakan pengobatan apa saja yang mereka tawarkan.
3. Temui ahli yang bertanggungjawab di tempat pengobatan bersangkutan.
4. Cari informasi cara terapis melakukan diagnosa, apakah sesuai dengan kaidah-kaidah pengobatan yang berlaku di masyarakat atau tidak.
5. Pengobatan alternatif yang benar selalu kembali ke obat herbal, kembali ke alam (back to nature).
6. Pilih pengobatan alternatif yang sesuai dengan masalah kesehatan yang sedang diderita. (www.AsianBrain.com)

Menyikapi Pengobatan Alternatif

Setiap pengobatan untuk menjemput kesembuhan pada prinsipnya merupakan ikhtiar manusia yang diperintahkan. Pengobatan alternatif diperbolehkan apabila tidak melanggar dari syari’at. Disebut melanggar syari’at, jika sebuah pengobatan mengandung unsur syirik dan tidak lebih dari praktek kahanah (perdukunan) dan sihir terselubung yang berkedok pengobatan. Pengobatan yang dilakukan oleh dukun lebih sering merugikan para pasien baik secara fisik, mental, spiritual, maupun material seperti dalam kasus “dukun cilik” Ponari dari Jombang yang cukup menghebohkan.

Meski demikian, Islam juga membenarkan jampi yang mengandung zikir kepada Allah SWT. Dalam riwayat Muslim disebutkan :
عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ الْأَشْجَعِيِّ قَالَ كُنَّا نَرْقِي فِي الْجَاهِلِيَّةِ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ تَرَى فِي ذَلِكَ فَقَالَ اعْرِضُوا عَلَيَّ رُقَاكُمْ لَا بَأْسَ بِالرُّقَى مَا لَمْ يَكُنْ فِيهِ شِرْكٌ
Dari ‘Auf bin Malik al-Asyja’i menyatakan bahwa sudah menjadi kebiasaan kita pada masa jahiliyah untuk membacakan ruqyah. Kami lalu bertanya kepada Rasul, bagaimana pendapatmu? Rasul bersabda: “tunjukkan kepadaku ruqyahmu. Tidak apa-apa dengan (hukum) ruqyah selama tidak ada syirik di dalamnya”. (Muslim 4079)

Hadith ini merupakan takhsis terhadap larangan ruqyah yang masih bersifat umum dalam hadith:
إِنَّ الرُّقَى وَالتَّمَائِمَ وَالتِّوَلَةَ شِرْكٌ
Sesungguhnya ruqyah, jimat, dan aji pengasihan adalah syirik. (HR. Ibn Majah: 3521)

Berdasarkan hadith tersebut, menurut para ulama, ketentuan diperbolehkannya ruqyah adalah: 1) agar bahasa yang digunakan dipahami maknanya; 2) berkeyakinan bahwa kesembuhan hanya datang dari Allah SWT. Pengobatan spiritual seperti ini dikenal dengan nama ruqyah syar’iyyah, yang pada hakikatnya adalah doa kepada Allah SWT.
Dalam pengobatan termasuk di dalamnya pengobatan alternatif, perlu dihindari penggunaan barang-barang haram dan mutanajjis seperti kotoran, air kencing, khamar, dan lain sebagainya. Rasulullah menegaskan:
إِنَّ اللَّهَ أَنْزَلَ الدَّاءَ وَالدَّوَاءَ وَجَعَلَ لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءً فَتَدَاوَوْا وَلَا تَدَاوَوْا بِحَرَامٍ
Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obat, dan menjadikan untuk setiap penyakit obatnya. Maka berobatlah, dan jangan berobat dengan (sesuatu) yang haram (HR. Abu Dawud: 3376)

Kenyataan ini menuntut agar setiap orang meneliti dan mengetahui komposisi obat yang hendak dikonsumsinya, sudahkan ia terbebas dari barang-barang yang diharamkan ataupun najis. Karenanya, mencari informasi sedetail- detailnya tentang obat yang dikonsumsi menjadi keharusan. Wallahu a’lam.
|
This entry was posted on 22.29 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: