Upgrade Cinta Dalam Pernikahan
18.39 | Author: nuruliman1972

7 Februari 2009

UPGRADE CINTA DALAM PERNIKAHAN

Perkawinan atau nikah berarti berkumpulnya dua orang (berlainan jenis) menjadi satu. Karena itu nikah secara istilah seringkali diartikan sebagai suatu aqad yang berisi pembolehan melakukan hubungan seksual dengan menggunakan lafal inkahin (menikahkan) atau tazwijin (mengawinkan). Selain itu pernikahan memang mempertemukan suami istri dalam ikatan rumah tangga didasari oleh cinta dan semangat kasih sayang. Peristiwa pernikahan dalam agama Islam dianjurkan dengan berbagai bentuk, mulai penyebutan sebagai sunnah para nabi dan rasul yang harus diikuti oleh setiap insan beriman atau sebagai bentuk ayat (tanda-tanda) kebesaran Allah.

Jika dicermati, pernikahan memiliki berbagai sisi. Diantara sisi pernikahan yang sering diungkap para pakar yaitu, pertama, segi agama yang merupakan segi yang sangat penting berupa "kemapanan psikologis", kedua, segi sosial bahwa orang yang berkeluarga atau pernah berkeluarga berkedudukan lebih dihargai dibandingkan orang yang tidak melakukan perkawinan, ketiga, segi hukum, yaitu perkawinan merupakan suatu perjanjian yang kuat (mitsaqan ghalizan).

Dari pernikahan dapat dipetik banyak hikmah, diantaranya adalah diperolehnya "penyaluran" hasrat biologis secara terhormat, sarana untuk mendapatkan keturunan, penumbuhan instink kebapakan maupun keibuan, distribusi peran dalam rumah tangga, pendidikan anak secara sehat, dan penjalinan tali persaudaraan antara beberapa keluarga.

Uraian tersebut menjelaskan bahwa ikatan pernikahan merupakan “peresmian” hubungan kasih sayang sepasang sejoli. Cinta merupakan modal utama dan fondasi bangunan hubungan suami istri tersebut. Sementara faktor agama, tampilan fisik, latar belakang keluarga, serta kemampuan materiil, semakin melengkapi pertimbangan dan alasan dalam membentuk pernikahan.

Jika keimanan di hati seperti ditegaskan Nabi dapat naik turun (yazid wa yanqush) dalam kehidupan ini, maka hal sama akan dialami cinta. Ibarat sebuah pohon, maka cinta perlu dirawat agar tumbuh dan berkembang. Masalah cinta sejatinya adalah bagaimana menumbuhkan, merawat dan mengembangkannya. Pohon cinta yang dirawat dalam pernikahan akan tumbuh membesar dan akhirnya berbuah sakinah (kedamaian), mawaddah (cinta sejati), dan rahmah (kasih sayang). Sebaliknya jika diabaikan, maka pohon cinta akan kecenthet (tidak berkembang), layu, atau bahkan menjadi mati. Dalam ungkapan lain, cinta dalam pernikahan sebagaimana dalam bahasa komputer perlu di-upgrade, atau dikelolatingkatkan kapasitasnya.

Dalam meng-upgrade cinta pernikahan dapat ditempuh berbagai cara, diantaranya:

1. Jalin komunikasi yang baik
Komunikasi dalam pernikahan merupakan saluran ungkapan hati masing-masing pasangan. Karenanya komunikasi harus tetap terpelihara dan mengalir dan tidak boleh “mampet”. Kebuntuan komunikasi akan melahirkan banyak masalah. Komunikasi yang baik seharusnya berjalan dua arah. Saling mendengar, saling menghargai, dan saling berbagi informasi.

2. Segera punya momongan
Anak adalah buah cinta kedua orang tuanya dan tempat curahan kasih sayang mereka berdua. Anak adalah qurrat a’yun, permata hati. Kehadiran anak sangat dibutuhkan dalam pernikahan. Ibarat lem, anak memperkokoh ikatan pernikahan dan meneguhkan eksistensi kedua orang tua. Menunda memiliki momongan terutama untuk yang pertama meski dengan berbagai alasan sebenarnya merugikan pernikahan itu sendiri disamping memperlambat hadirnya barokah hubungan suami istri tersebut. Setelah kehadiran anak pertama, merencanakan keluarga barulah dapat disusun.

3. Wujudkan suasana berbeda dalam rumah
Suasana yang sama dan monoton pernikahan yang dijalani pasangan suami secara berkepanjangan dapat menyebabkan kebosanan. Kenyataan ini membahayakan hubungan mereka. Untuk itu perlu usaha keluar dari zona nyaman (ZN) rutinitas dengan menggagas suasana yang menggairahkan dan menghadirkan lingkungan berbeda. Suasana yang menggairahkan dapat dilakukan dengan menghargai pasangan, berusaha mengertinya, dan berbagi peran. Sementara itu lingkungan berbeda digagas dengan menghadirkan tumbuhan dan wewangian di rumah, atau dengan merubah setting ruangan di rumah seperti kamar tidur dan meja makan.

4. Napak tilas bulan madu (memperpanjang kemesraan)
Bulan madu biasanya indah dan berkesan. Setiap pasangan berusaha menjaga memori ini sebaik mungkin. Seiring berjalannya waktu dan semakin berumurnya rumah tangga, tidak ada buruknya jika kenangan bulan madu tersebut diulang kembali. Saat ulang tahun perkawinan napak tilas bulan madu dapat dilakukan dengan mengunjungi tempat-tempat ”bersejarah” bagi pasangan ini, melihat kembali album kenangan pernikahan, atau juga dengan memutar video resepsi yang digelar.

5. Jadikan hubungan intim sebagai rekreasi
Dalam pernikahan, hubungan badaniyah merupakan sarana menyalurkan syahwat diri secara terhormat.. Ia perlu dikelola dengan baik dan sehat.. Keharmonisan rumah tangga turut dipengaruhi oleh kesuksesan pasangan suami istri dalam berhubungan seks ini. Karenanya Islam mengatur sedemikian rupa agar kegiatan intip ini dalam kitab-kitab fiqih. Yang pasti, hubungan ini harus sama-sama dinikmati,dan dijadikan wahana rekreasi. Hal-hal yang kurang pas berkenaan dengannya, dapat dibicarakan bersama.

6. Tinjau kembali peran baru (suami, istri, bapak, ibu)
Sebagai makhluk Allah, tidak kata sempurna bagi manusia. Berkenaan dengan peran yang ditunaikan sesudah menikah, masing-masing suami istri dapat bertanya kepada diri atau bahkan kepada pasangannya tentang apa yang belum maksimal ditunaikan dari perannya sebagai bapak, atau istri, atau bapak-ibu bagi anak-anak. Evaluasi diri tentang peran ini harus didasakan pada niatan bahwa pernikahan sebagai salah satu ibadah dan mengikuti sunnah Rasul. Sejarah kehidupan rumah tangga Rasulullah dapat dijadikan acuan. Memaksimalkan peran diri berarti pula memaksimalkan pengabdian dan ibadah kepada Allah SWT lewat institusi rumah tangga.

7. Perhatian yang intens
Pada prinsipnya setiap orang akan berbahagia jika diperhatikan. Suami akan senang jika ia diperhatikan oleh orang terdekatnya, istri. Demikian pula sebaliknya. Perhatian itu dapat berupa ucapan terima kasih, bantuan menyelesaikan pekerjaan, empati dalam kesedihan dan sakit, serta pemberian hadiah-hadiah pada momen tertentu. Hadiah tidak perlu berlebihan. Rasulullah memerintahkan kita agar saling memberi hadiah agar kita saling menyayangi.

Cinta dalam pernikahan adalah modal penting dalam kehidupan keluarga. Usaha merawatnya layak mendapat perhatian penuh. Belajar tentang keluarga dan usaha menumbuhkan cinta (upgrade) tidak boleh berhenti seiring pertumbuhan keluarga tersebut dan tantangan zaman yang semakin keras. Mudah-mudahan Allah mencurahkan kasih sayang dan rahmatNya bagi keluarga-keluarga yang kita bangun. Semoga.
This entry was posted on 18.39 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: