18 November 2009
GURU YANG BERPENGARUH
Oleh: Amalia Sulfana*
Pendidikan pada prinsipnya dapat diartikan sebagai upaya membelajarkan sejumlah pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai kebaikan lewat pembelajaran di kelas maupun pembiasaan di luar kelas. Selain itu, pendidikan dapat disebut pula sebagai upaya pemberian pengaruh yang baik dari seorang pendidik kepada peserta didik.
Dalam dunia pendidikan, guru atau pendidik merupakan adalah pihak yang ingin menanamkan pengaruhnya, sementara peserta didik adalah pihak yang akan dipengaruhi. Disini berlaku hukum yang kuat mempengaruhi yang lemah dan tidak sebaliknya karena memang faqid al-syai' la yu'thi atau "orang yang tidak memiliki sesuatu tidak akan dapat memberi sesuatu".
Dalam rangka mensukseskan misinya untuk agar dapat memberi pengaruh baiknya pada peserta didik, maka guru dituntut untuk menjadi "orang kuat". Ini berarti bahwa guru harus mapan dalam hal substansi materi pelajaran yang diampunya, maupun handal dalam metodologi pembelajarannya. Dalam hal ini pendidikan guru dan relevansi jurusannya sangat menentukan, disamping kontinyuitas guru dalam mengakses perkembangan teknologi dan kebaruan inovasi dalam bidang pendidikan.
Untuk menanamkan pengaruh saat ini tidak perlu digunakan kekerasan lewat ancaman maupun hukuman yang keras, karena memang sudah bukan masanya lagi. Sebaliknya bisa ditempuh cara-cara persuasif lewat berbagai pendekatan pembelajaran yang komunikatif dan interaksi yang baik.
Bobbi De Porter (1999) menyebut upaya menanam pengaruh guru lewat azas utama Quantum Teaching "bawalah dunia mereka ke dunia kita, hantarkan dunia kita ke dunia mereka". Ini berarti bahwa guru dalam pembelajarannya hendaknya berusaha untuk memasukkan dirinya dalam dunia anak yang penuh dengan keceriaan dan kegembiraan sebelum membawa mereka kedalam dunia orang dewasa yang penuh dengan keseriusan.
Selanjutnya De Porter berkaitan dengan hal ini menyebut pentingnya menghadirkan suasana pembelajaran yang menggairahkan disamping merancang lingkungan belajar yang mendukung. Diantara cara yang dapat dipergunakan untuk mwujudkan suasana pembelajaran yang menggairahkan adalah :
a) Menggunakan kekuatan niat yang terpendam
Niat memiliki posisi sentral daalam terwujudnya sebuah amal serta kualitas. Innam al-a’malu bi al-niyyat. Niat pendidik dalam aktifitas pendidikannya tercermin dalam keinginannya yang kuat untuk kebaikan terdidik dan keberhasilannya. Niat ini harus terbaca dan dirasakan. Tidak ada pamrih-pamrih lain yang muncul. Keikhlasan serta ketulusan hati hendaknya menggantikan ambisi duniawi seperti pujian atau capaian materi.
b) Menggunakan emosi dalam Belajar
Emosi dapat berupa perasaan gembira, senang, sedih, dan marah. Menggunakannya dalam pembelajaran adalah bentuk adopsi terhadap kemampuan otak kanan yang disinyalir dapat menumbuhkan memori jangka panjang (long term memori) terhadap materi yang diajarkan. Ini berarti bahwa pengaruh guru dan materinya akan sangat kuat karena tertanam untuk jangka yang lama.
c) Menjalin simpati dan Pengertian
Dalam hubungan sosial selalu dianut prinsip timbal baik. Jika ingin dimengerti maka hendaknya guru belajar untuk mengerti murid terlebih dahulu. Menanam simpati terlebih dahulu selayaknya dilakukan guru, baru kemudian ia akan menuainya kemudian. Dengan hubungan yang sudah baik, maka semua proses pembelajaran akan berjalan mudah.
d) Rasa saling memiliki
Kasih sayang antara guru murid (dalam arti positif) perlu diwujudkan di dalam pendidikan. Perhatian guru yang menyeluruh terhadap para peserta didik menumbuhkan penghormatan. Simpati guru terhadap mereka mengundang simpati pula. Buah manis ke saling mengertian ini adalah tumbuhnya rasa saling memiliki yang terwujud dalam perasaan kehilangan jika guru yang bersangkutan tidak nampak di sekolah. Ada perasaan kehilangan yang menggantikan perasaan “muak” ketika bertemu atau belajar bersamanya.
e) Mewujudkan kegembiraan dan ketakjuban
Membangun kegembiraan di dalam kelas dapat diwujudkan dengan ice breaker berupa permainan, menyanyi, maupun puzzle. Kompetensi pedagogis guru meniscayakan pemahaman guru bahwa belajar akan berjalan baik dan cepat jika para siswa berada dalam suasana yang nyaman. Sebalilknya belajar menjadi tidak produktif jika berada dalam ancaman atau suasana ketegangan. Ice breaker dalam hal ini memiliki peran pentingnya, selain aplikasi metode-metode pembelajaran yang mengaktifkan siswa sebagai individu maupun kelompok. Hanya saja memang perlu dipikirkan agar ice breaker tidak mengganggu dan tetap selaras, atau justru mendukung pembelajaran yang sedang berlangsung.
f) Mengambil Resiko (zona nyaman)
Untuk mengatasi keadaan yang monoton dan kejenuhan suasana, guru perlu berimprovisasi maupun berinovasi dalam pembelajarannya. Diperlukan sejumlah usaha untuk mewujudkan hal ini, selain juga pengorbanan dan resiko berupa kegagalan eksperimen. Guru dituntut untuk mengeluarkan energi lebih, pikiran mendalam, serta waktu yang lebih banyak. Tetapi jika terobosan yang dilakukan berhasil, maka akan didapat kepuasan mental yang luar biasa dikarenakan kemampuannya dalam memaksimalkan peran pendidik yang diembannya.
g) Keteladanan
Pendidikan nilai-nalai hidup akan berjalan efektif jika didasari pada prinsip keteladanan. Guru adalah pendidik yang ”digugu” dan ”ditiru” bukan lagi sebagai slogan. Hanya saja untuk digugu dan ditiru, seorang guru perlu mengawali setiap ajaran kebaikan lewat praktek dan demonstrasi oleh dirinya sendiri. Contoh yang dilakukan oleh guru memang lebih efektif dari omongannya sendiri. Bukankah lisan al-haal afsah min lisan al-maqal.
Disadari atau tidak, pendidikan pada akhir-akhir ini lebih berorientasi pada kecakapan akademis, sementara aspek-aspek mental spiritual lebih sering terlupakan. Padahal tuntutan zaman melazimkan lembaga-lembaga pendidikan mengintegrasikan pendidikan mental spiritual ke dalam aspek intelektual. Penanaman pengaruh yang baik oleh para pendidik dalam hal ini mutlak untuk dimaksimalkan. Tawaran De Porter lewat Quantum Teaching –nya perlu diapresiasi sedemikian lupa karena ia tidak terjebak pada pemberdayaan aspek intelektual ansich, tetapi juga mental spiritual. Penambahan muatan agama Islam dalam aplikasinya akan memperkaya dan menjadikan pendidikan semakin maksimal. Semoga.
* Guru PAI SMAN 1 Babadan Ponorogo
This entry was posted on 19.03 and is filed under
Pendidikan
. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.
0 komentar: