25 September 2009
ESENSI SILATURRAHIM: KAMA TARA TURA
Pada sebuah kesempatan, dua orang bocah dari Mesir bermain di sebuah piramid lalu seorang dari keduanya menaiki piramid tersebut. Ketika berada di ketinggian, ia berteriak kepada teman yang di bawah, “bagaimana engkau melihatku?”. Sang teman menjawah “engkau terlihat keci dari sini”. Si pemanjat lalu menjawab “kama tara tura” atau “seperti engkau melihatku kecil, maka engkau juga terlihat kecil”.
Cerita tersebut memberikan pengertian bahwa cara pandang kedua bocah, sudut pandang, dan letak lokasi yang digunakan turut berperan menentukan hasil akhir pandangan. Karenanya muncul ungkapan Kama tara tura yang menunjukkan hasil sama dalam memandang.
Dalam menjalin hubungan kalimat kama tara tura dapat dianggap sebuah metamorfosa tentang penggunaan sebuah sudut pandang dalam melihat sesuatu yang kemudian mengakibatkan hasil yang sama. Hubungan silaturrahim dalam bentuk kekerabatan, persaudaraan, persahabatan, dan pertemanan mengenal pula prinsip hubungan timbal balik sebagaimana tercermin dari kama tara tura. Hal ini berlaku secara general meski secara kasuistis, terdapat juga yang menyalahinya.
Ungkapan lain yang senada dan juga sering dipakai untuk mengungkapkan kiat menjalin hubungan sosial adalah ’amil al-nas kama tuhibb ‘an tu’amal bih atau “perlakukan orang lain seperti anda ingin diperlakukan”. Kiat tersebut bersumber dari hadith sahih berasal sahabat Anas bin Malik yang berbunyi la yu’min ahadukum hatta yuhib linafsih ma yuhibb li akhih. Hadith yang diriwayatkan oleh al-Bukhari ini menegaskan bahwa kesempurnaan iman seseorang ditentukan oleh kecintaannya terhadap saudaranya yang lain. Kebaikan yang dikehendaki untuk saudaranya muslim adalah kebaikan yang sama dikehendaki untuk dirinya sendiri. Keburukan yang ingin dihindari hendaknya juga diusahakan untuk dihindarkan dari saudara-saudaranya yang lain.
Diantara kiat-kiat yang dapat dipergunakan untuk merealisasikan prinsip kama tara tura adalah:
1. Berpikiran Positif dan ber-khusnudzan
Pikiran adalah magnet yang energi daya tariknya berperan mengarahkan ucapan, sikap, dan perilaku seseorang. Karenanya selayaknya seseorang menjaga pikiran agar tetap positif dan menghindari pikiran negatif, agar dampak yang munculpun selalu baik dan berdayaguna.
Penemuan kontemporer tentang Law of attraction (LoA) mengajarkan kepada kita bahwa pikiran memantulkan kembali kepada kita apa-apa yang kita pikirkan. Apa yang sedang dikonstruk dan diyakini oleh pikiran kita akan menciptakan kehidupannya sendiri dalam bentuk aksi nyata baik sikap maupun perbuatan. Oleh sebab itu, pikiran seseorang hendaknya dapat dikendalikan dan diarahkan agar tetap positif.
Dalam hubungan silaturrahim pikiran positif atau husnu dzann terhadap partner menentukan kelanjutan dan keberlangsungan nya. Sadar atau tidak sikap negatif kita terhadap orang lain akan menyeret kita untuk memperlakukannya dengan minor, negatif, atau bahkan tidak baik. Sementara jika pikiran positif yang dominan, maka perlakuan kita menjadi penuh pengertian, toleransi, dan baik kepada saudara kita. Itulah sebabnya dalam peribahasa arab ditegaskan bahwa pandangan yang positif (’ain al-ridho) akan membawa pemiliknya melupakan kesalahan mitra silaturrahimnya, sementara pandangan permusuhan (’ain al-sukht) hanya akan memandang kesalahan dan kekurangan, sekaligus melupakan kebaikan-kebaikan yang sebenarnya jauh lebih banyak.
2. Berbuat baiklah
Silaturrahmi merupakan hubungan kekerabatan atau pertemanan yang ada. Diantara yang dapat dipergunakan untuk meneguhkan ikatan ini adalah dengan berbagi dan memberikan bantuan meski kepada keluarga yang sedang ”bad mood” dengan kita. Rasulullah dalam hadith yang diriwayatkan Ahmad menyebut tiga hal yang merupakan afdhal al-fadhail (kebaikan paling utama) berupa usaha menyambung hubungan dengan orang yang memutuskan, memberi kepada orang yang tidak mau memberi kita, dan memaafkan orang yang telah mendzalimi kita.
Karenanya semangat untuk silaturrahim hendaknya adalah keinginan untuk berbagi, membantu, meringankan beban keluarga kita, dan meningkatkan manfaat diri. Bukankan Rasulullah mengingatkan kita untuk mulai sedekah dengan keluarga kita, ”ibda’ biman ta’uul”. Dalam hadith al-Nasai Rasul juga menyebut bantuan kepada saudara dekat berdimensi dua kebaikan sekaligus, sedekah dan upaya menyambung hubungan kekerabatan. Allah dalam hadith juga berjanji untuk melakukan banyak hal untuk kita selama mau melakukan hal yang sama. Dia akan membantu kita selama kita mau membantu orang lain, memudahkan urusan kita selama kita mempermudah orang lain, dan menutupi aib kita selama kita menjaga aib orang lain.
3. Tunaikan kewajiban
Sebuah hubungan persaudaraan dalam pandangan Islam menuntut pelaksanaan kewajiban-kewajiban tertentu. Kewajiban-kewajiban dalam silaturrahim seorang muslim merupakan hak-hak bagi yang lainnya. Rasul menyebut jumlah lima kewajiban pada sebuah kesempatan dan enam pada kesempatan lain. Diantara kewajiban tersebut menurut Rasulullah adalah : mengucap salam jika bertemu, menjawab jika dipanggil, memberi nasehat jika diminta, menjawab do’a orang yang bersin (tasmit al-’atis), menjenguk yang sakit, dan mengantarkan jenazah yang meninggal.
Upaya menunaikan kewajiban dalam hubungan silaturrahim harus didahulukan, sementara menuntut hak biasanya terjadi secara otomatis jika kewajiban telah dipenuhi. Sebaliknya hendaknya dihindari untuk menuntut hak terdahulu sebelum kewajiban dilakukan. Jika ini yang terjadi, maka hubungan silaturrahim akan menjadi hambar dan berubah menjadi ajang balas membalas. Secara tulus ikhlas, tunaikan kewajiban-kewajiban tersebut, insha Allah hak-hak kita akan terpenuhi. Jika tidakpun, maka balasan Allah berupa pahala surganya akan tetap menanti.
4. Hormati yang tua, sayangi yang muda
Setiap orang selalu mengharapkan perlakuan baik. Sikap atau respon balik yang ditunjukkanpun partner silaturrahim kita sejatinya merupakan cermin yang berharga. Al-mu’min mir’at akhih al-mu’min. Sebuah cermin tidak pernah berbohong. Bila orang lain memperlakukan diri kita dengan baik, berarti diri kita telah memperlakukannya dengan baik. Jika orang lain mengenakan keburukan, maka sangat mungkin kita juga tidak berbuat baik kepadanya.
Karenanya, jika ingin dihormati maka hormatilah orang lain terlebih dahulu. Jika ingin disayang, berikanlah kasih sayang terlebih dulu. Kepada yang tua kita hormat, dan kepada yang muda kita menyayangi. Akhlak terpuji ini disebut Nabi sebagai perilaku seorang muslim, ”laisa minna man la yarham shaghirana wala ya’rif syaraf kabirina”, yang berarti tidak termasuk golongan kaum muslimin, siapa yang yang tidak menyayangi yang lebih muda dan tidak menghormati yang lebih tua.
Hubungan silaturrahim dan upaya menjaga keutuhannya adalah bentuk kebajikan yang diperintahkan oleh Islam (QS 4:1), sebaliknya memutuskannya adalah dosa besar yang pelakunya dapat ditolak masuk surga (HR. Muslim). Dibutuhkan upaya gigih dan perjuangan sungguh-sungguh untuk dapat melakukannya. Prinsip kama tara tura mengajarkan bagaimana kita dapat melakukan pelestarian silaturrahim tersebut. Mudah-mudahkan Allah mengaruniai kita banyak saurada, kerabat, dan teman, sehingga kita memiliki kesempatan untuk berbagi, beramal shalih, disamping menjadikan diri kita semakin ”kuat” karena tidak merasa sendirian dalam kehidupan duni ini. Semoga.
0 komentar: