
8 Agustus 2009
“MENGGENDONG” KESUKSESAN ALA MBAH SURIP
Oleh: Amalia Sulfana, S.Ag.*
Mbah Surip adalah fenomena dalam dunia seni, khususnya dunia musik di Indonesia. Saat ini, tua muda, kecil besar, laki perempuan, asyik mendendangkan bait-bait lagunya yang merakyat dan “aneh” senyentrik orangnya. Meninggal dalam puncak ketenarannya lewat dominasi lagunya Tak Gendong selama tiga bulan terakhir, Mbah Surip menjadi sosok yang paling akrab dikenal oleh semua kalangan. Karenanya, “kepergiannya” secara mendadak disebabkan serangan jantung pada 4 Agustus 2009, cukup mengagetkan banyak kalangan terutama para penggemarnya.
Lahir dengan nama Urip Ariyanto pada tanggal 5 Mei 1949 di Mojokerto Jawa Timur, Mbah Surip memiliki background pendidikan yang cukup layak dan baik. Digolongkan pada orang yang gemar belajar di bangku sekolah, jenjang pendidikan yang telah dikenyamnya adalah SMP, ST, SMEA, STM, Drs, Ir dan bahkan MBA.
Selain sebagai penyanyi, Mbah Surip muda pernah merasakan pengalaman bekerja di bidang pengeboran minyak, tambang berlian, emas, dan lain-lain di berbagai negara seperti Kanada, Texas, Yordania dan California. Namun, merasa nasibnya kurang baik, Mbah Surip mencoba peruntungan dengan pergi ke Jakarta. Di Ibukota Jakarta, ia bergabung dengan beberapa komunitas seni seperti Teguh Karya, Aquila, Bulungan, dan Taman Ismail Marzuki.
Nasib menentukan lain. Pada suatu waktu, Mbah Surip mendapat kesempatan untuk rekaman dan akhirnya meraih kesuksesan seperti sekarang. Dalam perjalanan musiknya Mbah Surip telah mengeluarkan beberapa album musik. Album rekamannya dimulai dari tahun 1997 diantaranya, Ijo Royo-royo (1997), Indonesia I (1998), Reformasi (1998), Tak Gendong (2003) dan barang Baru (2004). Namun ternyata lagu Tak Gendong diciptakan pada tahun 1983 saat Mbah Surip bekerja di Amerika Serikat, baru populer dan mengantarnya meraih kesuksesan pada pertengahan 2009. Menurut Mbah Surip Filosofi dari lagu ini yaitu ”belajar salah” itu, yang digendong ya siapa saja, entah baik, galak, nakal, atau jahat. Seperti bus, nggak peduli penumpangnya, entah itu copet, gelandangan, pekerja, ya siapa saja. Sebab, menggendong itu belajar salah.
Ciri khas dari setiap panggung musik Mbah Surip adalah selalu hadirnya "Gitar Kopong" di sampingnya, dan membawakan lagu dengan sangat relax dan nyanyi "ngalor-ngidul" dengan gaya-nya yang khas, kocak, gila, dan bebas ekspresi. Karakter inilah yang membuat Emha Ainun Najib atau Cak Nun sering menggambarkan sosok Mbah Surip sebagai "Manusia Indonesia Sejati" yang tidak pernah merasa susah, tidak pernah gelisah, tidak pernah sedih dan selalu tertawa, meskipun seringkali di ledek orang Mbah Surip tetap saja tertawa tidak pernah dendam, atau membalas ledekan tersebut.
Belajar Sukses dari Mbah Surip
Cerita kehidupan panjang mbah Surip adalah cermin berharga bagi segenap anak bangsa yang ingin berjuang mengejar kesuksesan hidup. Lika-liku kehidupan yang beragam yang dilalui mbah Surip menuju ”kesuksesan” di akhir hidupnya mengajarkan kepada kita:
1. Kesuksesan tidak kenal umur
Sukses yang diraih mbah Surip pada umur 70 tahunnya memberikan pencerahan kepada kita semua umur tidak berpengaruh pada pencapaian kesuksesan. Koloner Sanders lewat KFC-nya juga baru sukses di Usia 60 tahun. Seorang tua maupun muda berhak untuk sukses, dan karenanya perjuangan menujunya harus dilakukan oleh setiap orang yang menghendaki kesuksesan tersebut. Waktu, momen, serta kesempatan akan membukakan pintu sukses bagi setiap penjuangnya, tentunya juga atas ridho Allah SWT melalui takdirNya.
2. Butuh waktu panjang
Dalam perjuangan menuju sukses, kesabaran dan kegigihan merupakan unsur penting karena biasanya dibutuhkan waktu yang panjang. Sejarah kehidupan dakwah Rasulullah yang membentang panjang menunjukkan bahwa ”kesuksesan besar” baru dicapai pada periode Madinah atau setelah 12 tahun perjuangan. Dalam rentang itu memang capaian-capaian penting telah dapat diraih, hanya saja menurut hemat saya periode Makkah lebih pas untuk disebut “musim tanam” yang membutuhkan banyak perjuangan. Di Madinah perjuangan tetap dituntut, tetapi ”panen” dalam pengertian kesuksesan dakwah mulai dinikmati oleh Nabi dan kaum muslimin.
Ali bin Abi Thalib menyebut thul al-zaman (masa yang lama) sebagai salah satu syarat kesuksesan belajar selain kecerdasan, antusiasme, modal dana, dan kerja keras.
3. Modal Pendidikan Penting
Diakui atau tidak, Lagu-lagu mbah Surip yang sederhana, kocak, mbanyol namun tetap merakyat dan ”mengena” diinspirasi oleh banyak hal termasuk latar belakang pendidikannya yang beragam. Pendidikan merupakan salah satu hal yang menentukan pola pikir seseorang disamping lingkungan sosial, minat, bakat, dan pekerjaan. Perhatian intens mbah Surip untuk menyelesaika pendidikannya memberikan motivasi bagi setiap orang yang menginginkan kesuksesan untuk ”ngopeni” pendidikannya guna lebih mendekat kepada tujuan.
4. Cara menikmati Sukses
Kesederhanaan adalah ciri mencolok pada diri mbah Surip sebelum dan sesudah sukses. Harta yang mulai banyak mengalir tidak menjadikan penampilan mbah Surip berubah., Selain itu, mbah ini juga merupakan sosok yang mudah berbagi Ketika diwawancarai tentang harta yang mulai banyak diperoleh, mbah yang satu ini selalu menyebut keinginan berbagi untuk yang lain. Sukses yang diraih ingin “diratakan” bagi banyak orang. Kebijaksanaan seperti ini mulai melangka dalam kehidupan kontemporer sekarang yang nampak egois dan nafsi-nafsi. Karenanya, cara menikmati sukses ala mbah surip yang sebenarnya berakar pada pemahaman agamanya semoga dapat menginspirasi banyak orang orang untuk tidak hanya memikirkan diri sendiri ketika dapat meraih kesuksesan, tetapi juga memperhatikan orang lain. Bukankah seseorang tidak akan bisa sukses tanpa bantuan orag lain?
Untuk sukses memang kita tidak harus menjadi mbah Surip atau sepertinya, tetapi dengan mencermati riwayat hidupnya yang penuh perjuangan, kesederhanaan, dan kedermawanan kita dapat banyak belajar. Kehidupan seseorang dan kematiannya memang merupakan cermin bagi manusia lain untuk dapat menilai dan mengevaluasi dirinya. Al-muslim mir’at akhuh al-muslim. Semoga lewat cermin mbah Surip kita dapat belajar banyak. Dengan mengambil sisi baik dan meninggalkan yang kurang terpuji, insha Allah kita akan semakin berbobot di mata Allah dan manusia. Amin.
* Guru PAI SMAN1 Babadan Ponorogo
0 komentar: