Kreatifitas Bagi Guru
02.13 | Author: nuruliman1972
24 Juli 2009

KREATIFITAS BAGI GURU, PERLUKAH?


Seorang guru PAI masuk kelas dengan menenteng tasnya dan kresek putih transparan dengan Rinso 1 kiloan di dalamnya. Secara demonstratif, sang guru lalu dengan sengaja meletakkan kresek tersebut di atas mejanya. Anak-anakpun memberikan komentar bermacam macam. ”Mau nyuci ya bu?” ”Habis belanja dan belum sempat pulang?” ”Ibu lebih senang pakai Rinso”? Dan lain sebagainya. Sang guru dengan tenang berdiri di depan kelas, tersenyum, mengucapkan salam, lalu menanyakan kabar kepada para peserta didik. Anak-anak menjawab dengan antusias.

Masih sambil berdiri bu guru lalu mulai menjawab komentar anak-anak tentang sabun yang dibawa. Ia bertanya kepada anak-anak tentang sabun cuci, manfaat sabun cuci, dan mengapa pakaian harus dicuci. Jawaban anak-anak direspon dengan baik. Selanjutnya ia menanyakan jika yang kotor adalah uang, harta, dan diri, bagaimana seseorang bisa menbersihkannya. Mengambil salah satu jawaban siswa, yakni cara membersihkan harta lewat mekanisme zakat, akhirnya bu guru dapat mengantarkan siswa dalam menganalogikan zakat dengan sabun cuci. Sebuah usaha kontektualisai materi dengan realita kehidupan dan merupakan entry point yang baik untuk memulai sebuah pembelajaran.

Apa yang dilakukan sang guru tersebut merupakan bentuk kreatifitas yang didasarkan pada usaha untuk merasionalisasikan hubungan antar sesuatu, sabun cuci Rinso dengan pakaian bersih, serta zakat dengan kesucian harta. Antara Rinso dan Zakat jika dicermati secara mendalam memang memiliki fungsi yang hampir sama. Kreatifitas dapat dibangun dengan mencari hubungan antara hal-hal yang nampaknya tidak berhubungan.

Untuk menjadi kreatif dapat pula dengan menggunakan sudut pandang berbeda terhadap sesuatu, sebuah anugrah yang lazim dimiliki banyak anak kecil. Bagi seorang anak, sebuah pensil tidak hanya bermanfaat untuk menulis. Ia dapat menjelma menjadi mobil-mobilan, pesawat terbang, pedang-pedangan, boneka, dan lain sebaginya. Dengan menggunakan sudut pandang berbeda, seseorang akan menemukan sekian banyak manfaat dari sebuah benda, disamping menjadi bijak dan toleran terhadap beragam pendapat orang lain.

Untuk menjadi kreatif, seseorang tidak harus menciptakan sesuatu yang sama sekali baru, tetapi cukup dengan memberi tambahan sesuatu yang sudah ada. Ki Hadjar Dewantara beberapa puluh tahun lalu, diinisiasi telah mengemukakan konsep kreatifitas dalam bentuk sederhana dalam 3N, yaitu Niteni ‘memperhatikan dengan seksama’, Niru ‘mencontoh/ memanfaatkan’, dan Nambahi ‘mengadaptasi/ memperbaiki/ menyempurnakan’. Memperhatikan dengan seksama berarti mencurahkan keseriusan diri untuk memiliki sudut pandang penggagas sesuatu, dilanjutkan dengan memanfaatkan atau menggunakannya, lalu berusaha untuk memberikan tambahan atau perbaikan terhadanya.

Diantara tips yang sering direkomendasikan para pakar agar seseorang dapat menjadi kreatif adalah : menggunakan kedua sisi otak/tubuh (bagian kanan dan kiri), membuat mind map (peta pikiran), mengembangkan panca indera, mencatat mimpi, melukis, humor, bermain musik, menari, menggubah lagu, corat-coret sambil melamun, berpuisi, melakukan hal-hal yang baru setiap hari, dan berimajinasi.

Butuh latihan panjang, keinginan kuat, dan pengorbanan yang tidak sedikit untuk dapat menerapkan tips-tips tersebut. Untuk dapat menggunakan kedua otak (kanan dan kiri) misalnya, seseorang butuh memahami konsep OKA-OKI (otak kanan-otak kiri) dengan baik lewat baca buku, akses internet, atau diskusi. Meninggalkan kebiasaan penggunaan salah satu tangan dan beralih pada tangan yang lain juga tidak mudah.

Setiap orang sejatinya terlahir kreatif. Tidak ada orang yang tidak kreatif. Hanya saja seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik, daya kreatifitas seseorang tersebut semakin tumpul karena diabaikan dan tidak diberdayakan. Dalam banyak hal, seseorang ”takut” untuk menggunakan kreatifitasnya, supaya tidak dicap aneh, tidak wajar, atau stigma negatif. Kreatifitas kadang memang nampak sedikit aneh, padahal tidak demikian sepenuhnya. Agar terus kreatif, kemampuan dan usaha menjadi kuncinya. Tidak berlebihan jika para pakar mengatakan bahwa” Kreatifitas itu 1 % inspirasi (bakat) dan 99 % persperisi (usaha)”.

Buah kreatifitas guru menjadikan pembelajaran suatu kegiatan menarik, variatif, penuh kesan, dan tidak monoton. Kehadiran guru yang penuh kreatifitas menjadi sesuatu dinantikan siswa. Ada rasa penasaran bersambung dan pertanyaan besar di benak siswa tentang hal baru yang akan dilakukan pada kegiatan pembelajaran berikutnya.
Kreativitas juga melandasi aplikasi dan penerapan metode pembelajaran terbaru karena metode-metode pembelajaran kontemporer memang dibangun atas dasar semangat inovasi dan perubahan. Jadi, masihkan dipertanyakan apakah kreatifitas diperlukan oleh guru ?
This entry was posted on 02.13 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: