Ponorogo, 10 Mei 2008
WANITA, RACUN DUNIA?
Jagad pemberitaan minggu ini digemparkan oleh penangkapan Antasari Azhar, “bos” Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Status tersangka penembakan terhadap Direktur Utama PT Putra Rajawali Banjaran (PRB), Nasarudin Zulkarnain, telah dikenakan kepadanya. Dituduh sebagai “otak” pembunuhan berencana, Antasari secara marathon diperiksa bersama tersangka-tersangka lain, dan terancam dengan tuntutan hukuman yang berat.
Adalah Rhani Juliani, seorang caddy di Padang Golf Modernland, Kota Tangerang, yang diduga sebagai pemicu. Rhani merupakan caddy langganan Nasrudin yang kemudian dinikahi Nasrudin sebagai istri ketiga, tetapi daya tariknya tetap memikat Antasari untuk mendekatinya, hingga terjadilah cinta segitiga. Kedekatan ini diketahui oleh Nasrudin dan kemudian dipergunakan untuk memeras sang bos KPK. Antasari yang merasa diperas, akhirnya menyusun rencana pembunuhan terhadap Nasrudin dibantu dengan sebuah team yang terdiri dari pengusaha, perwira polisi, dan pembunuh-pembunuh bayaran lain.
Pesona Rhani, yang seorang wanita telah “menumbangkan” dua orang bos sekaligus, Nasrudin Zulkarnaen dan Antasari Azhar, dan menyeret keterlibatan banyak orang. Agaknya tidak berlebihan jika pada keadaan ini pesona Rani diibaratkan racun dunia bagi kehidupan Nasrudin dan Antasari Azhar, seperti halnya diteriakkan The Changcutter dalam bait-bait lagunya:
Wanita racun dunia
Karna dia butakan semua
Wanita racun dunia
Apa daya itu adanya
Racun..racun..racun
Mati laju darahku
Takluk sudah hebatku
Hilang akal sehatku 2x
Memang kau racun
Entah mengapa istilah racun ini yang digunakan oleh Changcutter, padahal semua orang sepakat bahwa racun adalah zat yang mematikan jika dikonsumsi oleh tubuh seseorang. Tetapi jika tuduhan terhadap Antasari berkaitan dengan pembunuhan itu dapat dibuktikan di pengadilan, terbukti pula bait-baik lagu diatas yang menyebut bahwa wanita (pada suatu kondisi tertentu) dapat menjadi racun mematikan bagi “dunia” kaum lelaki. Segala kehebatan diri Antasari, nama besarnya sebagai pemberantas korupsi, penegak hukum, dan akal sehatnya dikalahkan oleh pesona wanita bernama Rani dan racunnya.
Hanya saja, semua orang tentu maklum bahwa tidak semua wanita dapat disebut sebagai racun. Realita menunjukkan bahwa di balik kesuksesan seorang laki-laki dan kehebatannya selalu ada wanita terbaik, berupa pasangan hidup setia, atau seorang ibu yang penuh kasih sayang . Sebut saja nama Muhammad Sallahu ‘alai wa Sallam, Abu Bakar RA, Umar, Ali bin Abi Thalib, dan bahkan para pemuka negeri ini.
Dalam Islam, cinta dan syahwat terhadap wanita merupakan sesuatu yang diperbolehkan. QS. Ali Imron ayat 14, membahasakan cinta kepada wanita tersebut dengan ungkapan tazyin (hiasan), disamping cinta anak dan harta dalam berbagai bentuknya. Keseluruhan hal tersebut merupakan kesenangan hidup dunia, tetapi kesenangan hidup sejati adalah surga disisi Allah. Cinta kepada kesenangan hidup dunia tentu tidak diperkenankan mengalahkan cinta agung kepada Allah Sang Pencipta dan memperjuangkan agama-Nya karena dapat menyebabkan kefasikan (QS. Al-Taubah/9: 24).
Sebagai pasangan hidup dan belahan jiwa, Nabi sebagaimana diriwayatkan oleh Muslim, menyebut wanita sebagai sebaik-baik mata’ al-dunya (kenikmatan hidup), sehingga menikah dengan wanita dapat menyempurnakan setengah agama seorang lelaki. Memilikinya merupakan salah satu ciri kebahagiaan hidup seorang lelaki (sa’adat al-mar’i). Lelaki tanpa kehadiran wanita adalah sebuah kekurangan dan keterbatasan.
Hanya saja, di tempat lain Rasulullah juga mengingatkan agar berhati-hati terhadap godaan wanita dan menyebutnya sebagi fitnah. Dalam hadith yang diriwayatkan Al-Bukhari, godaan wanita disebut sebagai sesuatu yang paling berbahaya yang ditinggalkan Nabi khususnya bagi para pria. Cobaan pertama yang dikenakan kepada Bani Israil juga berkenaan dengan wanita.
Mencermati uraian diatas, maka wanita dapat diibaratkan senjata bermata dua. Dapat melindungi seseorang dalam mengarungi hidup atau juga dapat membunuhnya. Atau juga seperti sebuah “obat kehidupan”. Mengkonsumsinya sesuai dosis dan arahan dokter, maka sebuah penyakit akan hilang, tapi bila meninggalkan obat atau mengkonsumsinya tanpa pentunjuk dokter dan takaran yang tepat, seseorang justru akan sengsara dan binasa.
Mengambil wanita sebagai obat berarti seseorang menjadikannya sebagai pasangan hidup, istri, dan ibu bagi calon anak-anak yang dilahirkan. Dengan mengikuti pentunjuk nabi sebagai “dokter kehidupan”, maka dapat dipilih resep pernikahan untuk mendapatkan “obat wanita”. Tidak ada istilah selingkuhan, kekasih gelap, cinta terlarang, WIL, dan PIL, yang tentunya dapat menyebabkan “over dosis” dalam kehidupan seseorang. Jadi, wanita “obat” atau racun dunia? Wallahu A’lam.
Religi
|
This entry was posted on 02.40 and is filed under
Religi
. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.
0 komentar: