MATI GAYA & KESEDERHANAAN
20.23 | Author: nuruliman1972
27 Maret 2009

MATI GAYA VERSUS KESEDERHANAAN


“ِِِAnti mati gaya” demikian bunyi slogan salah satu provider jasa telekomonikasi tentang produk baru mereka yang mampu menghadirkan internet bagi para pengguna handpone dengan tarif yang sangat bersaing. Saat ini, chatting, browsing, mailing, bloging, dan facebook memang sudah dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja melalui handpone di tangan. HP yang digunakan memang harus tipe tertentu yang support untuk hal-hal tersebut dan tentunya masih berharga “lumayan” kalaupun tidak disebut mahal.

Gaya hidup modern memang menuntut seseorang untuk terus berkembang dan menyesuaikan. Menolak internet, teknologi informatika, dan kemajuan yang berkaitan dengannya berarti menyediakan diri untuk “terlambat”, ketinggalan jaman, dan mungkin juga “mati gaya”. Bukankah teknologi memberikan banyak kemudahan hidup bagi para penggunanya disamping efisiensi dan penghematan yang luar biasa. Untuk mengirim satu berkas beratus halaman cukup dengan email yang murah dan cepat sampai tujuan. Bandingkan jika harus menggunakan pengiriman konvensional. Memang tidak semua “transfer data” dan pengiriman tercukupi dengan email, tetapi paling tidak kehadiran teknologi ini banyak menyumbangkan kemudahan.

Meski demikian, ketika mengakses sebuah gaya hidup seperti internet misalnya, hendaklah kita selalu membuat pertanyaan-pertanyaan mendasar tentangnya. Apakah yang dapat kita lakukan dengan teknologi ini? Apakah kebutuhan-kebutuhan kita berkenaan dengannya? Apakah teknologi ini bermanfaat atau sebaliknya membawa madharat? Dan yang terpenting adalah, apakah akses teknologi ini dalam jangkauan kemampuan ekonomi kita? Berbagai pertanyaan ini perlu diajukan pada masa-masa awal, sehingga dampak-dampat negatif sebuah teknologi dan gaya hidup dapat diminimalisir.

Perlu juga digaris bawahi pula bahwa sebuah teknologi tetaplah sebuah alat dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Teknologi komunikasi misalnya memudahkan terjadinya silaturrahmi antara dua orang atau lebih yang berjauhan tempat dan dipisahkan oleh jarak. Hanya saja tidaklah bisa dikatakan bahwa kualitas pembicaraan lewat komunikasi HP akan sama dan sebanding dengan kualitas pembicaraan yang dilakukan dalam sebuah pertemuan. Komunikasi lewat HP apalagi SMS juga rawan salah paham hal mana sedikit terjadi dalam komunikasi tatap muka.

Selain itu, aspek kesederhanaan tetaplah harus menjadi pertimbangan utama. Kalaupun dirasa bahwa dengan “ngenet” di warnet sudah cukup dan lebih murah maka tentunya belumlah dirasa perlu untuk menghadirkan internet di rumah atau bahkan di tangan lewat HP yang mungkin jatuhnya lebih mahal dan lebih menguras saku untuk membeli pulsa. Meski demikian, pertimbangan kesederhanaan tidak berarti harus menunda kebutuhan untuk mengakses gaya hidup jika memang dibutuhkan, karena kesederhanaan adalah kesesuaian tindakan yang diambil dengan kebutuhan yang ada. Sederhana bukan berarti miskin apalagi pelit. Sederhana merupakan kebijaksanaan diri dalam menyikapi tuntutan kebutuhan.

Rasulullah SAW sebagaimana diriwayatkan Al-Bukhari memerintahkan ummatnya untuk makan, minum, berpakaian, dan berbelanja (termasuk sedekah) selama tidak berlebih-lebihan (israf) dan untuk menyombongkan diri (makhilah). Hadith ini menunjukkan bahwa kebutuhan sandang, pangan, dan belanja harus tetap dicukupi dengan sewajarnya tanpa ada tendensi untuk foya-foya dan pamer. Gaya hidup yang termasuk yang kategori belanja, tetaplah harus wajar dan tidak berlebih-lebihan.

Dalam surat al-A’raf ayat 32 Allah membantah perilaku sebagian orang yang mengharamkan atas dirinya berbagai kenikmatan hidup (zinah) dan rezeki yang baik (tayyibat) yang telah diberikan Allah bagi hamba-hambanya yang beriman. Ini berarti bahwa segala bentuk kemudahan yang ditawarkan buah pikir manusia dalam bentuk pengetahuan dan teknologi haruslah dimanfaatkan karena merupakan kenikmatan Allah dalam arti luas selama tidak membahayakan eksistensi manusia dan kemanusiaannya. Hanya saja ditempat lain seperti al-A’raf 31 dan Ghafir:43, Allah tetap melarang perilaku berlebih-lebihan.

Menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman dan gaya hidup modern adalah kebutuhan yang tidak dapat dielakkan. Sebaliknya mempertimbangkan aspek kesederhanaan dan kemanfaatan dalam mengakses gaya hidup adalah tindakan cerdas yang akan melindungi kita dari kemubadziran teknologi sekaligus dampak negatif yang dimunculkannya. Wallahu a’alam.
|
This entry was posted on 20.23 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: