MENGAKHIRI RAMADHAN
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مَا لَا يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهَا (رواه الترمذي\725)
Rasulullah SAW, pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan lebih berjibaku dalam beribadah tidak seperti hari-hari lain.
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ (رواه البخاري\1884)
Jika memasuki sepuluh terakhir bulan Ramadhan, Rasulullah mengencangkan sarungnya, begadang pada malam harinya, dan membangunkan keluarganya.
• Sekarang kita berada pada hari-hari terakhir bulan Ramadhan. Pada saat seperti ini, yang sebenarnya merupakan puncak bulan Ramadhan, biasanya konsentrasi ibadah kita justru mulai terpecah dengan berbagai hal yang berkaitan dengan lebaran. Masjid-masjid menjadi semakin lengang dan kosong, sedangkan pasar dan pusat-pusat perbelanjaan menjadi berjubel. Amalan-amalan yang pada awal dan pertengahan Ramadhan rajin kita lakukan, sedikit-sedikit kita tinggalkan. Selain beribadah, pikiran kita mulai diisi dengan bikiran dan kebingungan seputar berlebaran. Menyiapkan hidangan dan jajanan, membeli pakaian baru, atau mempersiapkan halal bi halal. Kesibukan seperti ini tidak ada salahnya, tetapi sebenarnya kita bisa mensiasatinya sehingga tidak mengganggu ibadah kita. Persiapan-persiapan fisik dan materiil lebaran dapat dilakukan siang hari ataupun jauh-jauh hari, sehingga tidak menumpuk di akhir Ramadhan dan menyita waktu ibadah kita. Padahal Rasulullah mengajarkan bahwa sepuluh terakhir Ramadhan hendaknya dimanfaatkan dengan lebih giat lagi dalam beribadah.
• Dalam hadith di atas nama bahwa pada sepuluh terakhir Ramadhan, intensitas ibadah Rasulullah justru semakin bertambah. Ibarat marathon yang menempuh jarak 30 KM, maka pada sepuluh kilometer terakhir, seluruh potensi dan tenaga malah dikuras dan dikerahkan untuk dapat sampai finish dengan happy ending. Hal ini mengisharatkan kepada kita untuk tidak mengabaikan momen Ramdahan yang sebentar lagi usai. Kesempatan emas untuk beribadah dengan bonus pahala berlipat tinggal beberapa saat lagi. Maka sudah semestinya kita berusaha untuk memanfaatkan sisa waktu yang ada, dan selanjutnya menunggu kesempatan Ramadhan tahun depan yang belum tentu kita jumpai.
• Dengan berakhirnya Ramadhan, berakhir pula kesempatan kita untuk menggembleng diri dalam “pelatnas” Allah. Kata-kata la’allakum tattaqun, dalam ayat puasa 183, mengindisikan bahwa Ramadhan adalah proses, bukan tujuan akhir. Ini berarti bahwa Ramadhan telah dijadikan sarana latihan tahunan bagi orang beriman dalam bertaqwa. Dana karenanya tolok ukur keberhasilan puasa kita justru bukan pada kerajinan, kekhushuan beribadah, dan pengendalian diri selama satu bulan Ramadhan ini saja, tetapi hendaknya sikap-sikap baik tersebut terus berlanjut setelah Ramadhan berakhir, yakni pada kesebelas bulan berikutnya. Ibaratnya, seperti pemain bulu tangkis Sony Dwi Kuncoro, Taufik Hidayat cs, kita tidak bisa menilai mereka berhasil jika hanya berprestasi dalam latihan pelatnas Cipayung, tetapi hendaknya prestasi dalam latihan ini diikuti oleh prestasi dalam kancah kejuaraan maupun pertandingan nyata sesudah pelatnas tersebut. Karena itu, dalam idul fithri seringkali muncul ungkapan:
ليس العيد لمن لبس الجديد و لكن العيد لمن تقواه يزيد
Idul fithri bukan miliki mereka yang berbaju baru, tetapi sebaliknya milik mereka yang bertambah taqwanya.
• Jika selama bulan Ramadhan kita suda terbiasa bangun malam dan menunaikan shalat Tarawih, maka hendaknya kita terus dapat melanggengkan kebiasaan shalat malam ini. Jika selama Ramadhan kita begitu pendiam dan anti terhadap kemungkaran dan kedzaliman karena hal itu dapat merusak puasa kita, maka sepeninggal Ramadhan kita tetap harus dapat menguasai diri, anggota badan, dan mulut kita dari menyakiti orang lain, karena sudah sebulan penuh kita dapat melakukannya dalam “latihan” Ramadhan. Kebaikan-kebaikan baik selama Ramadhan hendaknya tetap menjadi kebiasaan kita sesudah bulan Ramadhan. Dengan demikian insha Allah kita akan termasuk orang-orang yang bertambah taqwa dan keimanannya dengan berakhirnya Ramadhan.
• Kenyataan bahwa Ramadhan merupakan bulan latihan bertaqwa, biasanya kurang dimengerti oleh sebagian kaum muslimin, sehingga mereka menganggap bahwa dengan berakhirnya Ramadhan mereka harus berhenti bangun malam, berhenti bersedeqah, ataupun bahkan berhenti berbuat baik dan untuk selanjutnya kembali kepada kebiasaan lama atau kembali berbuat keji dan jahat seperti sebelum puasa Ramahan. Puasa model demikian menurut saya identik dengan “puasa artis”. Pada saat puasa mereka tampak khusyu, tunduk, tampil islami, sopan dengan busana muslim, tetapi sesudah Ramadhan mereka kembali liar, melupakan kewajiban beribadah, dan tampil seronok dengan busana merangsang seakan bukan seorang muslim saja.
• Salah satu aktifitas Ramadhan yang sering dilupakan adalah I’tikaf, yakni berdiam diri di masjid demi bertaqarrub kepada Allah. Dalam hadith yang diriwayatkan oleh al-Thabrani dan al-Bazzar, Rasulullah bersabda : “Masjid merupakan rumah bagi orang yang bertaqwa. Allah menjamin siapa saja yang menjadikan masjid sebagai rumahnya, untuk menjaganya dengan malaikat, memberinya rahmat, serta kemudahan untuk menempuh jalan keridhaan Allah yang berakhir di surga”. (HR. al-Thabrani dan al-Bazzar).
• Akhir Ramadhan kesempatan baik untuk beri’tikaf sambil mengadakan perenungan dan mengadakan kalkulasi atas seluruh amal perbuatan kita selama setahun ini. Dengan merenung, maka kita akan semakin berhati-hati dalam bertindak, sehingga dengan bertambahnya umur, hal itu tidak lantas menjadi boomerang bagi kita dengan adanya beba dosa yang semakin menumpuk. Akhirnya saya ucapkan selamat ber-idul fithri, yang berarti selamat bertanding dan berlomba melawan beratnya tantangan kehidupan paa bulan-bulan mendatang. Semoga dengan bekal “pelatnas” Ramadhan kita diberi kekuatan Allah untuk menang.
• Ja’alana Allah, min al-faizin al-aminin wa adkhalana wa iyyakum min ‘ibadillahi al-Muttaqin.
Religi
|
This entry was posted on 01.46 and is filed under
Religi
. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.
0 komentar: