Renungan Ramadhan
07.52 | Author: nuruliman1972
MEMAHAMI NILAI IBADAH PUASA


عن أَبَي أُمَامَةَ يَقُولُ سَمِعْتَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ فِي حَجَّةِ الْوَدَاعِ فَقَالَ اتَّقُوا اللَّهَ رَبَّكُمْ وَصَلُّوا خَمْسَكُمْ وَصُومُوا شَهْرَكُمْ وَأَدُّوا زَكَاةَ أَمْوَالِكُمْ وَأَطِيعُوا ذَا أَمْرِكُمْ تَدْخُلُوا جَنَّةَ رَبِّكُمْ (الترمذي\559)
Dari Abi Umamah berkata : aku mendengar Rasulullah SAW berkhotbah ketika haji Wada', beliau bersabda : "Bertaqwalah kepada Tuhan kalian, Sholatlah yang lima, berpuasalah sebulan, tunaikanlah zakat harta, ta'atilah pemimpin, niscaya kalian masuk surga Tuhan kalian". (HR. Tirmidzi/hadith 559)

Haditn ini memberikan penegasan bahwa puasa Ramadan merupakan salah satu kunci masuk surga disamping taqwa, shalat, zakat, serta ketaatan pada pemimpin. Karena itu kesuksesan menunaikan puasa Ramadan sebulan penuh mutlak diperjuangkan.
Puasa Ramadan disyariatkan dengan tujuan utama yang disebut al-Qur’an sebagai predikat “TAQWA”. Predikat ini terurai dalam tujuan-tujuan kecil yang disebut hikmah puasa yang diantaranya adalah :

1. Tazkiyat al-Nafs (Pembersihan jiwa) berupa pembebasan diri dari hal-hal yang telah terbiasa seperti makan, minum, dan seks.
Manusia terdiri dari unsur : Tanah dan Ruh. Unsur “tanah” memaksa kita untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan biologis, sementar puasa adalah sarana untuk dominasi unsur tanah terhadap jiwa seseorang dan selanjutnya "mendongkrak" posisinya menuju ruh ilahi.

2. Tarbiyat al-iradah (kemauan) : jihad bagi jiwa, kesabaran, pemberontakan terhadap "tradisi".
Ajaran agama "hanya" merupakan bentuk kesabaran untuk taat dan kesabaran untuk tidak maksiat. Puasa mendidik kita untuk belajar sabar. Rasulullah menegaskan:
الصِّيَامُ جُنَّةٌ كَجُنَّةِ أَحَدِكُمْ مِنْ الْقِتَالِ (النسائي\2197)
"Puasa itu perisai, seperti halnya perisai kalian dalam perang"

Puasa juga mengajarkan Kesederhanaan dalam hidup. Allah berfirman:
وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا (الأعراف\31)
“Makan dan minumlah kalian, tetapi jangan berlebih-lebihan” (WS. Al-A’raf: 31)

3. Mematahkan gelora syahwat
Dalam hadith Rasulullah menegaskan memerintahkan mereka yang mampu menikah untuk segera menikah, dan sebaliknya memerintahkan berpuasa bagi mereka yang belum mampu, supa dapat menguasai diri mereka.
مَنْ اسْتَطَاعَ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ (البخاري\1772)
"Barangsiapa sanggup menanggung ongkos kawin, maka hendaknya ia menikah karena sesungguhnya nikah itu lebih menundukkan pandangan, lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum bisa, hendaknya berpuasa karena ia dapat menjadi perisai baginya" (HR. Bukhari/hadith 1772)

4. Menajamkan perasaan terhadap nikmat Allah
Rasulullah lebih memilih hidup kekurangan supaya tetap bisa “menikmati” puasa untuk lebih dapat bersyukur, dari pada hidup dalam kemewahan.
عَرَضَ عَلَيَّ رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ لِيَجْعَلَ لِي بَطْحَاءَ مَكَّةَ ذَهَبًا فَقُلْتُ لَا يَا رَبِّ وَلَكِنْ أَشْبَعُ يَوْمًا وَأَجُوعُ يَوْمًا أَوْ نَحْوَ ذَلِكَ فَإِذَا جُعْتُ تَضَرَّعْتُ إِلَيْكَ وَذَكَرْتُكَ وَإِذَا شَبِعْتُ حَمِدْتُكَ وَشَكَرْتُكَ (أحمد\21166)
"Tuhanku menawariku untuk menjadikan seluruh bukit Makkah menjadi emas. Aku jawab : Tidak wahai Tuhanku, aku tetap kenyang sehari dan lapar sehari kemudian atau seperti itu. Jika lapar, aku akan merendah kepada-Mu dan mengingat-Mu, dan jika kenyang aku akan memuji dan besyukur kepada-Mu" (HR. Ahmad/hadith 21166)

5. Menajamkan jiwa "sosial"
Ramadan adalah bulan solidaritas (Shahr al-muwasat), bulan member dan berbagi. Rasulullah telah meningkatkan kualitas kedermawanannya pada bulan ini sebagai dampak puasa yang dilakukan. Belialu juga memerintahka untuk menyediaan iftar bagi mereka yang berpuasa
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كُتِبَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ إِلَّا أَنَّهُ لَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْءٌ (أحمد\16419)
"Barangsiapa memberi makan orang yang berpuasa, baginya pahala orang tersebut tanpa menguranginya sedikitpun" (HR. Ahmad/hadith16419).

6. Menghantarkan seorang mukmin menuju derajat muttaqin.
Ramadan adalah ibarat kampus dengan semester pendeknya. Mata kuliahnya adalah menahan diri, kesabaran, kasih sayang, kedermawanan, tadarus dan memperbanyak amal shalih. Rahmat Allah menghendaki “kampus” Ramadan berulang setiap tahunnya agar setiap mata kuliah tersebut meresap dan mengharubiru dalam diri setiap muslim.

Karena itu, menyambut datangnya Ramadan 1429 H ini marilah kita sejenak merenung untuk berusaha menggapai seluruh hikmah puasa Ramadan tersebut. Tentu kita akan sepakat jika kita bisa disebut “lulus puasa” Ramadan jika telah dapat meraih seluruh hikmah-hikmahnya, dan sebaliknya disebut “gagal” jika kita tidak dapat mencapainya. Wallahu A’lam.



|
This entry was posted on 07.52 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: