Bonek, Belajar, dan Kesuksesan Hidup
00.37 | Author: nuruliman1972
30 Januari 2010

BONEK, BELAJAR DAN KESUKSESAN HIDUP

Oleh : Amalia Sulfana*

Dunia olah raga semisal sepak bola memiliki penggemar dan pendukung tersendiri. Bonek, Aremania, dan Bobotoh merupakan sebutan bagi suporter fanatik bagi club Persebaya Surabaya, Arema Malang, dan Persib Bandung. Bigmacth yang mempertemukan Persib Bandung dan Persebaya (22/01/10) mengundang kehadiran penonton setia masing-masing sebanyak hampir 40 ribu orang.

Bonek yang merupakan suporter setia Persebaya adalah sebuah fenomena. Keberadaan Bonek sebagaimana makna akronimnya, bondo nekat, selalu diidentikkan dengan kenekatan, rusuh, ketidak tertiban, meresahkan, dan bahkan merugikan. Dengan modal seadanya para Bonek memang berjuang sekuat tenaga untuk dapat hadir pada setiap pertandingan Persebaya dimanapun dan kapanpun berada. Numpang truk, nggandol kereta, nunut mobil orang, berpanas-panasan, bermalam dimana saja, menahan lapar, mengecat tubuh, dan bahkan menggunduli kepala akan dilakukan asal dapat mendukung klub kebanggaan dan berhasil menyaksikan laganya.

Keberadaan Bonek, Aremania, dan Bobotoh adalah simbol “perjuangan” dan pengorbanan para generasi muda dalam memberikan dukungan pada klub-klub mereka. Apa saja akan dilakukan, meski sering kali kelewat batas, membahayakan diri sendiri, maupun merugikan orang lain. Andai kenekatan dan kerja keras para generasi muda tersebut --dalam konotasi positif-- dibawa dalam ranah kehidupan riil, seperti belajar, kuliah, dan meniti karir. Entah kesuksesan macam apa serta capaian keberhasilan yang bagaimana, yang mereka dapatkan.

Belajar baik secara formal maupun non formal membutuhkan modal keuletan, kesungguhan, dan kenekatan. Sukses dalam belajar menuntut pengorbanan, kerja keras, usaha tiada henti, kesabaran, serta fokus. Modal materi meski penting tetapi ia bukanlah segalanya. Realita kehidupan membuktikan bahwa banyak orang telah sukses belajar meski berasal dari keluarga miskin dan tidak berada. Imam al-Syafii menyebut bahwa seseorang tidak akan sukses belajar tanpa memiliki modal yang enam perkara berupa: kecerdasan (dzaka’), biaya (dirham), antusiasme (hirsh), kesungguhan (ijtihad), perlakuan baik kepada guru (suhbah ustadz), dan waktu yang lama (thul zaman). Dari pernyataan Syafi’i tersebut dapat dipahami bahwa kelima hal dari enam perkara yang menunjang sukses belajar merupakan aspek-aspek psikis yang bersumber pada diri seseorang.

Kehidupan yang sukses juga selalu dipersembahkan oleh kerja keras dan semangat pantang menyerah disamping tentunya takdir Ilahi. Sunnatullah selalu membuktikan bahwa ada hasil di balik setiap usaha, baik secara cash maupun tidak. Karenanya, sangat jarang terjadi seseorang menjadi kaya tanpa bekerja, pintar tanpa belajar, makmur tanpa tandur, ataupun mulia tanpa mengukir citra diri. Semuanya ada harganya, perjuangan dan pengorbanan. Man jadda wajada atau siapa yang bersungguh sungguh niscaya akan menemukan (keberhasilan).

Rintangan dan halangan dalam setiap perjalanan menuju sukses merupakan batu ujian untuk meneguhkan kehendak hati serta menguji mental setiap “pemburu” keberhasilan. Rintangan adalah wahana “seleksi alam” untuk menemukan para pemenang diantara para pecundang. Rasa capek akibat kerja keras dan perjuangan dalam menghadapi tantangan akan semakin menambah nikmat dan kesyukuran seseorang ketika ia sampai pada tujuannya, kesuksesan.

Tidak ada keberhasilan hidup yang turun dari langit, sebagai hadih. Ia harus diraih, dengan usaha dan upaya, dan tentu saja juga dengan mencurahkan kemampuan otak dan hati. Keringat harus dicucurkan, air mata harus ditumpahkan, serta keputusasaan hendaklah bisa dikalahkan.

Dalam perjuangan meraih kesuksesan, sebenarnya tidak kata bonek atau bondo nekat dalam pengertian berbuat tanpa modal sama sekali. Bukankan Allah telah memodali kita dengan banyak hal. Kesehatan, kelonggaran waktu, tubuh yang sehat, otak yang cerdas, merupakan modal-modal yang diberikan Sang Pencipta tanpa dapat ditaksir harganya. Setiap keberhasilan orang lain hendaknya menginspirasi kita untuk dapat berhasil sepertinya tanpa ada kecemasan sedikitpun karena Allah memang telah memberikan modal yang sama.

Marilah kita gunakan kenekatan kita secara positif untuk mewujudkan tujuan-tujuan kita yang mulia berupa kesuksesan dalam berbagai bidang yang kita geluti. Jangan biarkan diri kita tunduk pada tantangan dan rintangan yang menghadang. Dengan penuh tawakal marilah kita yakini bahwa selama ada kemauan maka Allah akan membukakan jalan menuju tujuan mulia kita. Where there is will, there is way.

* Guru PAI SMAN 1 Babadan Ponorogo
This entry was posted on 00.37 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

1 komentar:

On 29 Januari 2010 pukul 02.22 , Pengertian belajar mengatakan...

bagaimanapun perlakukan bonek tidak bisa diterima...