Menjemput Jodoh
20.07 | Author: nuruliman1972

MENJEMPUT JODOH


Heboh lagu Cari Jodoh dari grupband Wali tengah melanda blantika musik Indonesia. Tua muda, kecil besar, asyik mengulang bait-bait liriknya, yang diantaranya berbunyi:

Ibu-ibu bapak-bapak
Siapa yang punya anak
Bilang aku
aku yang tengah malu
Sama teman-temanku
karena cuma diriku yang tak laku-laku

Pengumuman-Pengumuman
Siapa yang mau bantu
Tolong aku kasiani aku
Tolong cari diriku kekasih hatiku
Siapa yang mau

Lagu ini mudah diingat karena memang musiknya yang enak didendangkan, dan “menggelitik” terhadap realita sosial masyarakat, berupa banyaknya orang yang menunda pernikahan karena kesulitan dalam mencari jodoh atau menemukan pasangan hidup. Padahal pergaulan saat ini memungkinkan terjadinya interaksi dan pertemuan yang lebih banyak antara laki-laki dan perempuan baik di kantor, tempat kerja, sekolah, organisasi, lapangan olah raga, maupun di tempat-tempat lain. Tetapi apakah memang sebegitu sulitnya, sehingga harus kelompok Wali Band harus memproklamirkan pencarian jodoh secara terbuka dengan membuat pengumuman seperti dalam bait-bait lagu itu?

Urusan jodoh memang seringkali diidentikkan dengan “rahasia Tuhan” yang unpredictable dan mengejutkan. Seseorang yang berparas menarik dan memiliki sekian kelebihan, tidak kunjung juga menemukan pasangan. Sementara seseorang yang dipandang biasa-biasa saja justru lebih cepat menikah. Hanya saja, sebagai rahasia Sang Pencipta apakah urusan jodoh memang “monopoli” Tuhan semata sehingga kemudian layak bagi seseorang bersikap pasrah dan selanjutnya hanya menunggu jodoh menghampirinya. Ataukah seseorang diharuskan berusaha untuk menemukan sosok pasangan hidupnya lewat berbagai cara.

Jodoh atau pasangan hidup adalah sosok yang akan dipilih seseorang untuk mendampinginya mengaruhi hidup, menghabiskan sisa umur, dan mewujudkan generasi penerus penyambung garis keturunan. Karenanya, kecocokan psikologis, kenyamanan dan ketentraman hati terhadap diri pasangan hendaknya menjadi pertimbangan utama mengalahkan aspek-aspek fisik yang seringkali menipu. Nabi Muhammad dalam hadith yang diriwatkan Muslim, mensinyalir bahwa pertimbangan menikah dapat berupa harta, nasab, kecantikan, dan agama. Tetapi, hanya pertimbangan agamalah yang paling menguntungkan dan menyelamatkan. Di dalam hadith Tirmidzi, Nabi juga menyebut khuluq atau perilaku diri sebagai pertimbangan utama setelah agama. Jika seseorang dengan latar belakang agama dan akhlaq yang baik datang, Nabi memerintahkan para wali untuk menikahkan dengan putri mereka. Jika diabaikan dan hanya mementingkan aspek-aspek fisik, maka hal tersebut akan mengundang datangnya kerusakan dan fitnah yang besar.

Ketika hendak menikah, seseorang seringkali menghendaki kriteria sempurna dari pasangan yang dipilihnya. Wajah yang menawan, berasal dari keluarga yang baik, pendidikan yang tinggi, pekerjaan yang mapan, harta yang banyak, dan kesempurnaan yang lain. Padahal kesempurnaan hanyalah milik Allah. Setiap manusia pasti memiliki kelebihan dan kekuranganya masing-masing. Hidup juga merupakan proses. Karenanya, kemapanan dalam pekerjaan, dan harta akan membutuhkan waktu yang panjang dan perjuangan.

Menemukan pasangan menuntut sejumlah usaha aktif yang komprehensif. Usaha-usaha positif dalam menemukan pasangan dapat disebut sebagai “menjemput jodoh”, yang harus tetap dilakukan pada saat ini. Diantaranya tercermin dalam kiat-kiat berikut:

1. Teguhkan niat untuk menikah
Banyak hal tidak terwujud karena tidak adanya niat yang kuat. Berkaitan dengan program menikah, maka seseorang hendaknya meneguhkan niatnya. selanjutnya niat itu akan membantunya menemukan jalan menuju pernikahan. Sebaliknya keraguan yang tersimpan, hanya akan memberikan kegagalan. Tidak berlebihan jika ada ungkapan idza shadaq al-‘azm wadhah als-sabil yang berarti jika niat telah teguh, maka jalan akan terbuka. Banyak pengalaman membuktikan bahwa keteguhan niat dapat membuka pintu kesulitan dalam berbagai bentuknya.

2. Posisikan diri secara tepat
Keberhasilan melihat “diri” baik kelebihan dan kekurangan memudahkan seseorang menemukan pasangannya. Jika seseorang “menghargai” diri terlalu tinggi, maka kemungkinan untuk mendapatkan yang sepadan sangatlah sulit. Pandangannya terhadap sosok yang ditawarkan akan selalu dengan kacamata minor. Padahal tuntutan kesempurnaan calon pasangan harus dibangun pada potensi dan kondisi riil kesempurnaan diri sendiri. Karenanya penetapan kriteria terhadap pasangan yang dikehendaki haruslah dievaluasi secara hati-hati.

3. Ta’aruf bukan Pacaran
Pacaran sering dianggap sebagai tahapan mengenal calon pasangan, padahal proses ini seringkali kebablasan dan tidak bertanggunga jawab. Meskipun pihak wanita yang biasanya dianggap jadi korban, tetapi pihak lelaki sebenarnya juga dirugikan. Potensinya banyak terkuras untuk sesuatu yang tidak pasti. Sebaliknya proses ta’aruf dapat dipilih karena lebih mengarah kepada proses menemukan pasangan. Pada proses ta’aruf, seseorang akan segera berhenti jika tidak ada kecocokan atau sebaliknya segera melanjutkan proses ke jenjang pernikahan jika ada kecocokan dengan pasangan.

4. Perkuatlah nilai Plus diri
Selain melihat tampilan fisik, seseorang yang mencari pasangan hidup akan berusaha melihat kelebihan calon pasangannya. Sikap supel, tulus, baik hati, sabar, peduli, cekatan, tanggung jawab, dan sikap diri lainnya akan menjadi nilai tambah bagi seseorang dalam menjatuhkan pilihannya.

5. Perhatikan tampilan fisik
Wajah yang menawan dan tampilan yang menarik sangat penting karena pandangan merupakan pintu hati. Kesopanan menjadi kunci tampilan fisik. Tidak perlu mengumbar keseksian dan kemolekan tubuh secara berlebihan karena kadang justru dapat memuakkan. Budaya timur yang dipegangi masyarakat kita tetap menuntut tampilan calon yang sopan. Tubuh penuh tato, tindikan di banyak anggota tubuh, dan penampilan metal, akan menurunkan “daya tawar” seseorang di hadapan pasangan atau bahkan calon mertua yang pada gilirannya membuahkan penolakan.

6. Persiapkan Ketrampilan Berkeluarga
Pernikahan membutuhkan sejumlah modal ketrampilan agar seseorang dapat mengemban tugas sebagai suami atau istri. Jangan sampai seorang wanita yang akan menikah tidak mengerti cara memasak, mencuci pakaian, dan berbenah rumah, meski tugas-tugas kerumahtanggaan merupakan tanggung jawab bersama. Kenali secara baik kewajiban-kewajiban terhadap calon pasangan serta hak-hak yang akan di dapat. Ketidak trampilan seseorang dalam memerankan dirinya pada kehidupan keluarga akan menimbulkan banyak masalah di belakang hari.

7. Perluas Jaringan Silaturrahmi
Kesempatan untuk menemukan pasangan dapat diperoleh jika seseorang memiliki jalinan pertemanan yang luas. Tidak dalam konteks bebas nilai dan pergaulan bebas, tetapi pertemanan harus tetap terhormat. Aktif di berbagai organisasi dan kegiatan adalah salah satu yang ditempuh.

8. Berdo’a
Bagi orang yang beriman, berdo’a adalah puncak segala usaha. Islam bahkan bahkan menyebut do’a sebagai silah al-mu’min (senjata mu’min). Dalam mengenali pasangan, manusia tetap dibatasi kemampuannya untuk melihat pada aspek-aspek fisik jasmaniah dan hal-hal yang kasat mata. Sementara aspek batin yang tersembunyi tetaplah milik Allah. Shalat Istikharah merupakan upaya untuk mengundang peran Tuhan dalam membantu menyeleksi calon pasangan. Jangan terburu-buru untuk menolah atau menerima sebelum upaya berdo’a ini dilakukan agar tidak salah pilih.

Jadi, bagi yang belum berjodoh, bersikaplah optimis, temukan serta jemputlah calon jodoh anda dengan ikhtiar yang maksimal. Yakinlah bahwa Allah telah menentukan segala sesuatu berpasang-pasangan. Mudah-mudahan Allah membimbing usaha anda untuk sampai pada jodoh yang ditakdirkan. Amin.
This entry was posted on 20.07 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

1 komentar:

On 8 Maret 2010 pukul 19.53 , kitakonselor mengatakan...

bener juga tuh....yo...teguhkan niat mencari jodoh dijalan allah...