MENIMBANG KEMBALI “GAYA MENGAJAR” GURU
Oleh: Amalia Sulfana, S.Ag.
Guru bicara, murid menulis
Guru tahu segalanya, murid tidak tahu apa-apa
Guru mengatur, murid diatur
Guru menghukum, murid dihukum
Guru membaca, murid mencatat
Guru bertanya tentang bacaannya, murid menjawab dengan catatannya
Guru tahu segalanya, murid tidak tahu apa-apa
Guru mengatur, murid diatur
Guru menghukum, murid dihukum
Guru membaca, murid mencatat
Guru bertanya tentang bacaannya, murid menjawab dengan catatannya
Sepenggal puisi Hadi Purwanto (Jamali Sahrodi, 2005: vi) yang menggambarkan dunia pembelajaran tersebut bukan tidak mustahil masih terjadi di sekolah-sekolah kita. Pembelajaran yang didominasi atau berpusat pada guru (teachers oriented), pola hubungan dan suasana belajar yang “kering”, metode pembelajaran yang tidak menarik, serta gaya mengajar guru yang monoton, menjadikan para siswa belajar dalam kondisi “terpaksa”.
Menghadapi keterpaksaan untuk belajar jelas bukan hal yang menyenangkan. Tidak akan mudah bagi seseorang untuk berkonsentrasi belajar jika ia merasa terpaksa. Karenanya, perlu dicari jalan agar belajar menjadi hal yang menyenangkan, atau walaupun tetap terpaksa, tapi dapat menjadi lebih mudah dan efektif. Salah satu solusi yang bisa dipertimbangkan adalah dengan mengenali gaya belajar para peserta didik.
Gaya belajar dapat didefinisikan sebagai ‘cara tercepat dan termudah untuk menyerap informasi, berinteraksi dan berkomunikasi’. Gaya belajar setiap orang dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan) dan faktor lingkungan . Jadi ada hal-hal tertentu yang tidak dapat diubah dalam diri seseorang bahkan dengan latihan sekalipun. Tetapi ada juga hal-hal yang dapat dilatihkan dan disesuaikan dengan lingkungan yang terkadang justru tidak dapat diubah.
Mengenali gaya belajar para siswa, belum tentu membuat mereka menjadi lebih pandai. Tapi dengan mengenali gaya belajar siswa, seorang guru akan dapat menentukan cara mengajar yang lebih efektif. Guru menjadi tahu bagaimana memanfaatkan kemampuan belajar secara maksimal, sehingga hasil belajar siswa dapat optimal.
Dalam buku Quantum Teaching Bobby De Porter dipaparkan 3 modalitas belajar seseorang yaitu : modalitas visual, auditori atau kinestetik (V-A-K). Walaupun masing-masing oranag belajar dengan menggunakan ketiga modaitas ini pada tahapan tertentu, kebanyakan orang lebih cenderung pada salah satu di antara ketiganya.
1. Visual (belajar dengan cara melihat)
Bagi siswa yang bergaya belajar visual, mata atau penglihatan memegang peranan penting. Dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak berupa peragaan dan penggunaan media, mengajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis. Siswa dengan gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video. Di dalam kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk mendapatkan informasi.
Perlu juga bagi guru menggunakan kapur atau spidol berwarna, dan menghadirkan symbol-simbol visual yang mewakili setiap konsep kunci. Dalam salinan frase-frase kunci atau garis besar pelajaran tersebut, hendaknya disisakan ruang kosong untuk catatan. Ketika berdiri mengajar, hendaknya guru tenang saat menyajikan segmen informasi dan tetap bergerak diantara segmen.
2. Auditorial (belajar dengan cara mendengar)
Siswa yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga (alat pendengarannya). Untuk itu maka guru sebaiknya memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Anak auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori mendengarkannya. Anak-anak seperi ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.
Mengajar anak auditori hendaknya digunakan variasi vokal (perubahan nada, kecepatan, dan volume). Pengulangan materi, dengan meminta anak menyebutkan kembali konsep kunci dan petunjuk, penting dilakukan. Setelah setiap segmen pengajaran usai, guru dapat meminta para siswa untuk memberitahukan teman di sebelahnya satu hal yang dia pelajari. Menyanyikan konsep kunci atau mengarang lagu mengenai konsep itu, dapat membuat pelajaran semakin menarik.
3. Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)
Siswa kinestetis belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan .
Mengajar anak dengan tipe ketiga ini, guru dapat menggunakan alat bantu untuk menimbulkan rasa ingin tahu dan menekankan konsep-konsep kunci, menciptakan simulasi dan peragaan konsep agar anak mengalaminya, dan dengan mengizinkan anak berjalan-jalan di kelas. Menceritakan pengalaman pribadi guru mengenai wawasan belajar dan dorongan kepada mereka untuk melakukan hal sama, akan sangat membantu pula.
Dengan mencermati gaya belajar siswa, diharapkan guru akan dapat menentukan gaya mengajar sekaligus metode yang akan dipakai. Keadaan ini diharapkan melahirkan pembelajaran yang bermutu dan efektif. Tetapi dalam kasus beragamnya gaya belajar siswa di kelas, menurut Miftahul Jinan, Seorang master trainer Quantum Teaching Konsorsium Pendidikan Islam Surabaya, sebaiknya kita berkonsentrasi untuk melayani siswa-siswa kinestetik. Mereka sering kali disebut sebagai “anak yatim” di kelas-kelas kita, karena sering diabaikan dan tidak dipenuhi kebutuhan belajarnya. Mari mencoba.
0 komentar: